Prosesi miyos gongso yakni dikeluarkannya dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo menuju pagongan Masjid Gede Kauman. Sebelum prosesi miyos gongso dimulai, terlebih dulu diawali dengan tradisi udhik-udhik atau menyebar uang receh di bangsal Ponconiti yang diperebutkan oleh warga.
Kedua perangkat gamelan pusaka tersebut, sebelum dibawa ke masjid Gede dibunyikan dengan ditabuh oleh para abdi dalem di Bangsal Ponconiti. Sejumlah warga bersama para abdi dalem tampak hening mendengarkan alunan merdu gamelan. Aroma wangi dupa pun menambah suasana malam makin khusyuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua perankat gamelan pusaka tersebut diletakkan di tempat berbeda. Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan bagian selatan, dan Gamelan Kyai Nogowilogo diletakkan di bagian utara. Gamelan ini akan ditabuh atau dibunyikan selama satu minggu hingga pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Gamelan dibunyikan pada jam-jam tertentu pada pagi, siang dan malam.
"Gamelan dulunya digunakan oleh para wali dalam menyebarkan agama Islam,"kata abdi dalem krido mardowo, KRT Waseso Winoto di bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta.
Prosesi miyos gongso kali ini diguyur hujan yang turun sejak sore. Meski demikian, prosesi tetap berjalan khitmad. Meski diguyur hujan, prajurit keraton tetap khusyuk membawa gamelan pusaka tersebut menuju masjid gede.
(es/gah)