"Dulu sering datang (orang). Dia (MA) jemput di depan, atau datang barengan," kata petugas dari pihak pengelola Legenda Wisata Cibubur yang menolak namanya disebutkan saat ditemui, Sabtu (27/12/2014).
MA dikenal tak begitu berbaur dengan tetangga di cluster Blok M. Penampilan MA pun tampak seperti orang kebanyakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegiatan di rumah MA pun ikut dipantau aparat. "Sudah lama dipantau, dilihat-lihat rumahnya, 6 bulanan lalu," sambung petugas.
Sekretaris RT 03 di cluster hunian MA, Wisnu Hidayat, memang menyebut MA sebagai pribadi tertutup. "Kita sudah deketin, orangnya sudah mau ngobrol juga dan pernah ikut acara RT," katanya ditemui terpisah.
Tapi dia tak menyangka pagi tadi Densus 88 menggeledah kediaman sekaligus membawa MA. "Pagi tadi tiba-tiba sudah ada aparat," katanya.
Sepengetahuannya MA kerap berkumpul bersama sejumlah orang di rumahnya. "Acara kumpul-kumpul ada, tapi nggak tertutup, nggak dalam ruangan terkunci," kata dia.
Petugas jaga termasuk Wisnu tak tahu pekerjaan MA. Dari KTP tertulis pekerjaannya sebagai wiraswasta. Istri MA, Wirda memang menyebut suaminya pernah menjajal bisnis.
"Tadi ada usaha kayu tapi ada yang tipu jadi belum jalan. (Usaha) double tape. Sehari-hari di rumah saja," kata Wirda.
MA tinggal bersama 6 anaknya di rumah tipe 54 selama 3 tahun. Dari rumah ini Densus 88 menyita sejumlah buku bertema jihad, Kartu Keluarga, KTP, paspor, dompet, buku tabungan, korek api, senjata tajam sejenis pisau berukuran besar dan replika pistol.
Ada juga beberapa buku soal Densus 88 dengan judul yang berbeda-beda. Seperti "Mengapa dan Bagaimana Densus 88 Harus Dibubarkan", buku lainnya berjudul "Kejahatan-Kejahatan Densus 88 Menghadapi Islam dan Umatnya'.
Menurut Wirda buku itu memang koleksi suaminya. "Wajar, agama Islam belajar buku-buku, sama dengan agama lain," ujarnya.
(fdn/slm)