SBY Ungkap Cerita di Balik Pemberian Status Bencana Nasional di Aceh

10 Tahun Tsunami Aceh

SBY Ungkap Cerita di Balik Pemberian Status Bencana Nasional di Aceh

- detikNews
Jumat, 26 Des 2014 18:17 WIB
Cahyo/Setpres
Jakarta - Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengungkap momen demi momen upaya penanganan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Dia mendapati suasana sangat memilukan saat tiba langsung di Banda Aceh, dua hari setelah kejadian.

Sebelum ke Banda Aceh, SBY lebih dulu singgah ke Lhokseumawe. Begitu sampai di lokasi , mantan Menkopolhukam ini segera menemui ribuan warga yang terkena musibah. "Suasana sungguh memilukan. Kami sapa dan peluk mereka. Saya sampaikan bahwa saya dan para Menteri datang untuk membantu mereka semua," ujar SBY di laman Facebook miliknya, Jumat (26/12/2014).

Pada 27 Desember petang, SBY menggelar rapat darurat di tempat penginapan di kompleks PT Arun. Lulusan Akmil 1973 ini ingin segera mendapatkan laporan dari para pejabat daerah tentang keadaan yang nyata di lapangan, serta tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh daerah termasuk oleh jajaran TNI dan Polri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut SBY, dengan laporan yang lebih akurat, dia sebagai pemimpin akan lebih fokus untuk meninjau daerah-daerah yang paling parah kerusakannya. Juga yang paling banyak korban jiwanya. Tiga pimpinan daerah memberikan laporan singkat kepada SBY, yaitu Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Azwar Abubakar, Pangdam Iskandar Muda Mayor Jenderal TNI Endang Suwarya dan Kapolda Aceh Inspektur Jenderal Bachrumsyah.

"Roman muka ketiga pejabat tersebut nampak tegang dan juga lelah. Saya diberitahu bahwa isteri Mayjen Endang Suwarya hampir tidak selamat akibat hantaman gelombang tsunami yang sangat kuat, sementara salah satu anak Gubernur Azwar Abubakar belum diketahui posisinya. Suara mereka tampak bergetar ketika memberikan laporannya," ujar SBY.

Keesokan harinya, pada 28 Desember 2004, SBY mendarat di Banda Aceh. Di sana, dia mendapati keadaan yang lebih menyedihkan lagi. "Sepertinya semuanya rata dengan tanah. Kecuali sejumlah masjid, termasuk masjid Baiturrahman," ujarnya.

SBY lantas segera berkeliling Banda Aceh. Rombongan sempat berhenti ketika di hadapan mereka terlihat ada ratusan jenazah. "Saya mengajak untuk berdoa kepada Allah, agar para syuhada itu diterima disisiNya. Menteri Agama Maftuh Basyuni memimpin acara doa itu," ujarnya.

"Banda Aceh lengang. Saya temui para korban yang sakit dan luka-luka di Rumah Sakit sementara. Di Bandara sendiri Ibu Ani memeluki banyak sekali anak-anak yang kehilangan orang tuanya. Tangis ada di mana-mana. Meskipun secara lahiriah saya nampak tegar dan terus memberikan instruksi kepada para Menteri dan Pejabat Daerah, tetapi sesungguhnya hati saya pun menangis. Ujian dan cobaan Allah ini sungguh berat," sambung SBY.

Kemudian SBY segera menuju ke Posko Sementara yang bertempat di Pendopo Gubernuran. Di situ, meskipun informasi yang dia miliki relatif cukup, namun dia tetap mempersilakan pejabat yang ada di Posko untuk menyampaikan laporan dan penjelasaannya.

"Di situlah secara lisan saya sampaikan status bencana yang terjadi itu berupa Bencana Nasional. Dengan demikian siapa berbuat apa dan siapa bertanggung jawab tentang apa menjadi jelas. Juga menyangkut penggunaan dan penyaluran anggaran negara," kata SBY.

Di Banda Aceh itu pula, SBY kembali menegaskan mengenai seruan agar Pemerintah dan GAM dapat duduk bersama untuk mencari jalan bagi pengakhiran konflik. "Sejarah mencatat bahwa hanya dalam waktu 8 bulan akhirnya konflik Aceh bisa kita selesaikan secara damai dan bermartabat," ujarnya.

(fjr/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads