Selain Gang Pattaya di Gubeng, di Kota Surabaya banyak tempat yang menjadi lokasi mangkal atau kopi darat gay atau kaum belok. Selain itu di antara mereka juga memiliki istilah yang lumayan antik.
Istilah yang jarang dipahami publik itu sengaja diciptakan sebagai simbol komunikasi di antara mereka sendiri sehingga memudahkan dalam pergaulan terbatas itu.
"Kalau di gay ini kita pakai sebutan sendiri untuk siapa yang jadi lakinya atau perempuannya. Ada top, bottom dan ada juga versatile," ungkap gay yang mengaku bernama Bastian kepada detikcom di salah satu restoran cepat saji di pusat perbelanjaan di Surabaya timur, Rabu (24/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bottom ditujukan pada gay yang memposisikan sebagai perempuan. Sedangkan versatile adalah gay yang bisa memposisikan diri sebagai perempuan dan bisa juga sebagai laki-laki, tergantung pasangannya," terang dia.
Bastian, menerangkan gay top lebih identik dengan pria yang maskulin dan berbadan agak kekar. Sedangkan bottom sendiri identik dengan pria yang agak feminim dan lemah gemulai.
"Mudah kok melihat orang yang gay pada posisi top atau bottom. Kita juga punya feeling. Jadi kita kayak punya semacam G-radar dalam diri kita (radar gay)," jelas pria yang juga mantan wartawan ini.
Sedangkan untu berhubungan badan, mereka lebih menyukai menyebutnya dengan istilah penetrasi. "Kita pakai bahasa biologis saja, penetrasi lebih halus daripada bersetubuh," katanya.
Lain lagi dengan istilah twink. Twink adalah sebutan gay khusus untuk anak-anak muda alias brondong. Bagi gay yang berperut buncit alias gendut disebut dengan bear yang tak lain beruang.
"Sementara gay yang sudah berkeluarga (dengan istri perempuan) biasa disebut dengan sapaan daddy," tambah gay yang biasa disebut
Egy yang mendampingi Bastian. Nah, untuk alat kelamin pria disebutnya dengan pinoy.
(gik/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini