Ketika Desa yang Hilang Di-'hidup'-kan Kembali Lewat Lukisan, ini Hasilnya

10 Tahun Tsunami Aceh

Ketika Desa yang Hilang Di-'hidup'-kan Kembali Lewat Lukisan, ini Hasilnya

- detikNews
Rabu, 24 Des 2014 13:35 WIB
(Foto: Agus Setyadi/detikcom)
Banda Aceh - Tangan Bambang dengan cekatan mulai melukis di atas kain kanvas blancu ukuran 2X4 meter. Beberapa bagian yang belum dicat, ia warnai dengan kuas ukuran kecil. Lukisan yang sedang ia buat berlatar saat gelombang dahsyat tsunami menyapu wilayah Lambada Lhok, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.

Di samping ia berdiri, terpajang sebuah lukisan detik-detik tsunami meluluhlantakkan kota Banda Aceh. Ukurannya sama yaitu 2X4 meter. Lukisan tersebut milik seorang temannya yang sudah siap untuk dipamerkan. Sementara hasil kreasi Bambang hampir rampung.

"Punya saya ini sudah rampung 90 persen," kata Bambang saat ditemui, Rabu (24/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lelaki bernama lengkap Bambang Trysetiyono (60) sudah mulai melukis sejak akhir November 2014 lalu tentang kondisi Desa Lambada Lhok saat diterjang tsunami. Tak mudah bagi pria asal Yogyakarta ini menuangkan suasana desa ke dalam lukisannya. Terlebih kala petaka itu terjadi, ia tidak berada di Aceh.

Bermodalkan tekadnya untuk merawat kenangan mengenai tsunami, Bambang mewawancarai satu persatu warga yang tinggal di sana untuk menceritakan kembali letak rumah mereka sebelum tsunami. Berdasarkan cerita wargalah, Bambang mulai menuangkan segalanya dalam lukisan.

Ia melukis persis di depan masjid Desa Lambada Lhok. Posisi masjid ia lukis sama persis dengan bentuk aslinya. Tak jauh dari sana, juga terdapat rumah penduduk, pohon-pohon, maupun sejumlah bangunan lain. Lewat lukisannya, Bambang ingin menceritakan kembali tentang kondisi desa yang terletak tak jauh dari bibir saat gelombang dahsyat menyapu.

"Kesulitannya warga di sini tidak tau lagi dimana letak rumah mereka. Lukisan ini saya lukis berdasarkan cerita warga," ungkapnya.

Bambang bukan tanpa alasan melukis desa tempatnya menetap kini. Pria yang memulai kariernya sebagai seniman sejak 1974 silam di Yogya ini ingin mengangkat kembali Lambada Lhok sebagai desa terparah diterjang tsunami. Tujuannya agar masyarakat mengetahui perbandingan sebelum dan setelah petaka itu terjadi.

Sejak menetap di Aceh dua tahun silam, Bambang mulai tertarik dengan Lambada Lhok. Mulai saat itulah ia mulai berpikir untuk membuat sebuah lukisan yang dapat merawat kembali ingatan masyarakat mengenai tsunami. Keinginannya itu baru ia salurkan pada November silam bertepatan menjelang peringatan 10 tahunie beuna (sebutan tsunami di kalangan masyarakat Aceh).

"Selama ini Desa Lambada Lhok ini belum pernah diangkat oleh media. Makanya saya buat lukisan ini," jelas Bambang.

Beberapa warga yang melihat lukisan Bambang mengaku sama persis dengan kondisi Lambada Lhok saat tsunami. Dalam lukisannya, Bambang juga membuat suasana panik dan orang berlarian menyelamatkan diri. Mereka ada yang menumpang mobil dan tak sedikit pula yang bertahan di atas pohon. Gelombang hitam yang menyapu Lambada Lhok setinggi tujuh meter.

Penduduk di sana yang mayoritas bekerja sebagai nelayan banyak yang menjadi korban. Desa Lambada Lhok juga hancur setelah disapu air bah tersebut. "Kejadian waktu tsunami sama persis sama yang dilukis Bambang," kata seorang warga Lambada Lhok, Sayed Faisal (37).

Lukisan Bambang rencananya akan dipamerkan di sana saat peringatan 10 tahun tsunami. Bambang yang belajar melukis secara otodidak mengungkapkan, lukisannya nanti akan dilelang jika ada yang menawarnya.

"Kalau ada yang berminat (menawar) silakan aja," tutupnya sambil tersenyum.

(try/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads