Cerita Menarik Saat JK Melatih Juru Runding dan Kirim Bantuan ke Aceh

10 Tahun Tsunami Aceh

Cerita Menarik Saat JK Melatih Juru Runding dan Kirim Bantuan ke Aceh

- detikNews
Rabu, 24 Des 2014 11:36 WIB
Jakarta - Jusuf Kalla (JK) mungusulkan agar Indonesia duduk di meja perundingan bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dengan perdamaian Indonesia-GAM maka diyakini proses rekonstruksi dan bantuan ke Aceh pasca tsunami akan berlangsung lancar.

Pada 26 Desember 2004, Aceh dihantam gempa dan tsunami yang menelan korban meninggal sekitar 100.000 orang. Pada potongan cerita yang dituliskan pada buku berjudul 'Ombak Perdamaian; Inisiatif dan Peran JK Mendamaikan Aceh' yang ditulis oleh Fenty Effendy, terekam momen pembicaraan soal pemberian bantuan makanan lewat udara.

"Buang bantuan dari udara," kata JK.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dibuang nanti pecah Pak," jawab Gubernur Sumatera Utara Rizal Nurdin.

"Tak papa, toh sampai di perut pecah juga," jawab JK.

"Tapi kalau jatuh di tempat basah gimana pak?" tanya Rizal lagi.

"Bungkus saja pakai plastik," jawab JK lagi.

"Tapi Pak, nanti bisa jatuh ke tangan GAM?" balas Rizal.

"Tak papa, GAM juga manusia, perlu makan," kata JK dengan suara meninggi.

Untuk memudahkan bantuan masuk ke Aceh tanpa gangguan, JK segera membentuk timnya untuk melakukan perundingan dengan GAM. Tim ini ditunjuk oleh JK secara langsung dan orang-orang itu adalah Farid Husain, Hamid Awaluddin, dan Sofyan Djalil. Dua diantaranya adalah muka lama yang membantu JK dalam penyelesaian konflik Ambon dan Sofyan Djalil adalah orang Aceh yang memiliki pengalaman pendidikan formal yang tinggi.

Kelak, tiga orang inilah yang menjadi kepanjangan tangan Indonesia untuk melakukan negosiasi perundingan perdamaian kedua belah pihak. Sebelum berangkat, ketiganya digembleng oleh JK secara langsung.

Tugas pertama Hamid dan Sofyan adalah belajar soal sejarah Aceh, mulai dari kerajaan Samudera Pasai hingga perkembangannya saat itu. Keduanya juga diminta belajar soal peta Aceh dan peta yang dikuasai GAM, termasuk mempelajari tokoh-tokoh GAM, hobi mereka, dan tulisan-tulisan dari Hasan Tiro, JK sendirilah yang menggembleng ketiganya secara khusus.

Suatu ketika Hamid dan Sofyan dipanggil JK, belum sempat duduk, keduanya ditanyai sebuah pertanyaan. "Malik Mahmud itu inisial apa dan siapa? tanya JK. Keduanya bingung dan tidak menjawab pertanyaan JK. JK kemudian menyuruh mereka pulang untuk belajar lagi. Hingga sampai malam, keduanya tidak menemukan jawaban JK, hingga JK akhirnya menelepon Hamid.

"Hamid sudah tahu Malik Mahmud itu siapa? tanya JK.

"Belum Pak," jawabnya.

"Supaya kamu bisa tidur malam ini, catat baik-baik. Malik Mahmud itu bisa berarti Malik Mahmud, juga bisa berarti Muzakkir Manaf. Kamu harus tahu hal-hal detail dan sepele," jawab JK.

Tercatat ada empat kali JK menanyakan soal teka-teki nama. Mislanya nama Sofyan Djalil bisa berarti dua nama yaitu Sofjan Dawood yang merupakan tokoh GAM dan Sofyan Djalil sendiri merupakan bagian dari perwakilan Indonesia dengan GAM, sehingga berkaitan dengan GAM.

Hamid sendiri diajari teknik berunding oleh JK langsung. JK meminta Hamid untuk belajar soal lagu dan budaya Aceh dan belajar menatap mata lawannya saat berunding. "Tidak perlu kau paham bahasanya. Cukup dengarkan dendang-dendang itu, pasti batinmu menyatu dengan Aceh. Andaikan kamu belum menikah, saya usahakan kamu agar kamu menikahi putri Aceh sebelum berangkat," kata JK.

JK meminta Hamid melatih tanpa mengedipkan mata. "Hamid, cara menaklukkan lawan adalah menatap matanya. Nah, mulai sekarang, kamu membayangkan wajah Tengku Malik Mahmud dan menatap bola matanya," ujar JK.

JK juga menantang Hamid memandang mata JK selama dan beberapa kali Hamid Gagal. "Hari ini belum lulus. Pulang, dan perbanyak latihan. Kalau kamu berhasil menatap mata saya, berarti juga mampu menatap mata Malik Mahmud," ucapnya.

Ajaran lainnya, adalah Hamid dan yang lainya diminta untuk mudah tersenyum dan menngenakan jas hitam dan dasi merah saat perundingan agar lawan dialog terarah padanya. Dan yang terakhir, JK berpesan agar timnya menjag asopan santun dan menghargai lawan dialognya.

"Hamid, di mana-mana, perundingan itu selalu ada aturan mainnya. Perundinga antara panitia untuk mengawinkan anak saja ada aturannya, apalagi untuk mendamaikan Aceh," kata JK.



(fiq/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads