Meski sudah 10 tahun berselang, Brigadir Muslim belum bisa melupakan detik-detik peristiwa terjadinya tsunami di Aceh. Dia kehilangan istri dan dua anaknya dalam peristiwa mengerikan tersebut. Sempat terpuruk, kini Muslim kembali melanjutkan hidup.
Dalam emailnya ke redaksi@detik.com, anggota polisi itu bercerita sudah berada di Aceh sejak tahun 1998. Kala itu, dia menempuh pendidikan Brimob, lalu langsung ditempatkan di Aceh. Pria asal Palembang itu menikah tahun 2001 di Lhokseumawe, kemudian pindah ke Banda Aceh pada tahun 2002.
"Sampai kejadiaan tsunami datang anak saya ada dua satu laki-laki, satu perempuan. Reza Prayoga 1,8 tahun Amanda Nadia Luvita 6 bulan," cerita Muslim, Rabu (24/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dan teman-teman berlari mengarah rumah masing-masing terasa zigzag. Lari saya padahal lurus karena goyangan gempa itu, sampai di rumah istri dan anak saya bersama yang lain sudah di jalan menghindar dari rumah, gempa berhenti ada jeda 30 menit," paparnya.
Pria asal Palembang ini sempat membelikan sarapan untuk istri dan anaknya. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh ratusan orang yang berteriak 'air naik!'. Muslim berusaha menghindari air dengan naik motor, namun tak sempat karena derasnya ombak tak terbendung.
"Sebelum keluar asrama kami terbawa ombak dan kami terpisah pada saat itu saya masih berpakaian lengkap. Saya terbawa arus ke seberang jalan pinggir ruko terbawa ke lantai 1 ruko lalu berusaha naik ke lantai 2 karena airnya terus tinggi baru sadar setelah di atas ruko, anak dan istri saya sudah tidak ada lagi," kenangnya.
Saat itu, Muslim hanya bisa berdoa dan menangis. Begitu air surut hingga sebatas pinggang, Muslim langsung mencari anak dan istrinya. Mayat sudah bergelimpangan di jalanan. Hingga akhirnya dia menemukan istri dan anaknya yang paling kecil sudah tiada.
"Yang besar belum ketemu. Saya bawa istri dan satu anak saya pakai kereta sorong berusaha keluar dari lokasi tsunami tidak ada yang membantu pada saat itu, lewat kantor gubernur ada truk bimob dari BKO jakarta mereka membantu saya membawa jenazah istri dan anak saya ke tempat bapak angkat saya di Lambaro, besoknya dimakamkan oleh masyarakat sana satu liang kubur," tambahnya lagi.
Setelah tiga hari, Muslim kemudian mendapatkan petunjuk lewat mimpi terkait keberadaan jenazah anaknya yang pertama. Saat dicek ke lokasi, dia ternyata menemukannya.
"Saya diberi wasiat mimpi letak anak saya itu, langsung saya cari dan ketemu, dimakamkan di samping ibu dan adeknya," tambahnya.
Usai kejadian pilu tersebut, pada tahun 2006 akhir, Muslim lalu pindah ke Palembang, Sumatera Selatan. Di sana, dia kembali membangun hidup meski tak mendapat bantuan dari pemerintah. Kini, Muslim sudah kembali menikah dan memiliki tiga anak.
"Semoga almarhum dan almarhumah yang telah mendahului kami karena tsunami Aceh dapat diterima di sisinya, amin," tutup Muslim.
Anda punya kisah kenangan terkait tsunami Aceh? Silakan kirim ke redaksi@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda.