BNN: Bandar Manfaatkan Kelemahan Pengawasan Maritim RI untuk Selundupkan Narkoba

BNN: Bandar Manfaatkan Kelemahan Pengawasan Maritim RI untuk Selundupkan Narkoba

- detikNews
Selasa, 23 Des 2014 13:09 WIB
Jakarta - Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai yang sangat panjang. Hal ini rupanya dimanfaatkan bandar narkoba untuk menyelundupkan barang haram mereka. BNN melihat hal itu sebagai kelemahan pengawasan maritim.

"Mereka berani menyelundupkan ratusan kilo narkoba dengan memanfaatkan kelemahan pengawasan maritim Indonesia," kata Kepala BNN Anang Iskandar di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (23/12/2014).

"Oleh karena itu, pengamanan sektor maritim tak boleh dipandang remeh, apalagi pemerintahan Jokowi sangat concern dengan aspek kemaritiman," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anang menambahkan, penanganan kasus narkoba dalam aspek demand reduction harus diimbangi dengan agresivitas penegak hukum dalam menekan supply reduction dengan memberantas hingga akar. Konsep pemberantasan tidak hanya menjerat bandar dan pengedar dengan hukuman mati tapi juga merampas asetnya sehingga tak mampu berbisnis kembali.

"Sepanjang tahun 2014, BNN mengungkap 397 sindikat narkoba dengan 583 tersangka, yang terdiri 552 WNI dan 31 WNA," ujar Anang.

Pengungkapan itu menghasilkan barang bukti 447.513 gram sabu, 7.894 gram heroin, 8.417.329 gram ganja, 60 batang pohon ganja, 102 gram biji ganja, 37.277 butir dan 6.000 gram ekstasi, 2 butir happy five, 80.000 butir double LL, 19.253 ml cairan prekusor dan 1,9 gram ephedrine bubuk.

"Kasus yang paling menonjol adalah pengungkapan 151,5 kg sabu dari Tiongkok pada 22 November 2014 di Pluit, Jakarta Utara. Sindikat Tiongkok cenderung bermain dalam skala besar dan diselundupkan melalui jalur laut," ucap Anang.

Selain Tiongkok, BNN juga menemukan sindikat Iran yang memanfaatkan jalur laut untuk menyelundupkan narkoba. Seperti kasus pada Februari 2014, sabu seberat 40,1 kg didapat dari Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, dari tangan 2 WN Iran.

"Bukan hanya jalur laut, sindikat Iran juga menggunakan modus penyelundupan melalui paket kiriman. Pada Juni 2014, sindikat Iran kembali menyelundupkan 35 kg sabu bercampur serbuk lain ke Indonesia tanpa terdeteksi X-Ray dan anjing pelacak," ujar Anang.

Kasus lainnya adalah pengungkapan 8 ton ganja di Pekanbaru, Riau. Kasus ini diklaim sebagai kasus terbesar dalam 1 dekade terakhir. Pengungkapan kasus ini pun tidak mudah, karena melalui penyelidikan mendalam.

"Ganja yang diangkut dalam truk besar ini bukan ditemukan di tengah jalan, namun terencana dengan baik dan menggunakan teknik penyelidikan yang matang. Sehingga terungkap jaringannya mulai dari kurir hingga penjaga gudang," tutup Anang.

(vid/rmd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads