"Kalau dilihat dari mulutnya Bambang Soesatyo, dia lebih pantas disebut sebagai burung beo, daripada disimbolkan sebagai burung garuda yang gagah perkasa. Burung garuda mulutnya pasti tidak ember. He he," ungkap Andi kepada detikcom, Selasa (23/12/2014).
Andi memandang sikap Bambang yang terkesan tak pro rekonsiliasi itu tak layak menganalogikan diri sebagai garuda. Alih-alih sibuk mencari simbolisasi diri, sebaiknya Bambang ikut juga memikirkan jalan tengah untuk rekonsiliasi Golkar dalam bentuk Munas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Bambang juga sempat adu argumen lewat media soal bandar Munas. Bambang menyebut Munas tak akan terlaksana tanpa ada bandarnya.
"Mau bikin munas mahal, siapa yang biayain, emang ada bandarnya? Kita aja megap-megap mau munas lagi, emang lu pikir duit nenek moyang lu?" kata Bambang setengah berkelakar, saat berbincang dengan detikcom, Senin (22/12).
Pernyataan Bambang tersebut kemudian dibalas oleh Waketum Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai. Kata-kata itu dianggap asal bicara dan seperti mengikuti kepentingan tertentu yang tak pro rekonsiliasi.
"Dia bikin (Munas Bali) itu siapa yang jadi bandar? Itu omongan nggak pantas. Kalau orang berpikir negatif, orang lain berpikir positif pun akan dianggap negatif!" kata Yorrys di hari yang sama.
(bpn/ndr)