Kepada detikcom saat dihubungi lewat telepon di Canberra, Australia, Quinn bercerita, hanya butuh beberapa jam saja untuk membuat video. Namun proses pengajaran bahasa Jawa sudah berlangsung selama dua semester terakhir.
"Tiap semester kurang lebih dari 30 jam tatap muka di kelas," kata pria asal Selandia Baru ini, Senin (22/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui drama atau sandiwara, mahasiswa diajak untuk mengembangkan daya ciptanya," tambahnya.
Khusus untuk dialog di dalam video 'Sri Ngilang', para mahasiswa melatihnya selama beberapa bulan. Kalimat-kalimat yang diangkat adalah dialog yang muncul dari bahan pelajaran di kelas.
"Jadi adegan pertama-pertama di video itu adalah dialog bahasa yang sederhana. Begitu di akhir, semakin rumit. Itu berkembang sesuai dengan pelajaran di kelas," ungkap pria yang menikah dengan wanita asal Banyumas, Jateng, ini.
Quinn mengatakan, cerita di dalam video itu belum selesai. Masih akan ada lagi lanjutan 'Sri Ngilang' berikutnya. "Itu video kami baru unggah separuhnya," imbuhnya.
Video 'Sri Ngilang' diupload sejak 16 Desember lalu. Hingga berita ini diturunkan, sudah ada sekitar 107.741 orang yang menontonnya. (simak videonya di sini).
Kisah drama ini mengangkat cerita tentang Sri yang awalnya dikabarkan kecelakaan hingga dirawat di rumah sakit. Namun belakangan dia diketahui berpura-pura sakit hanya untuk bertemu dokter di sana. Sri pun kabur dari rumah hingga membuat teman-teman dan keluarganya khawatir.
Meski terdengar sederhana, namun kisah ini dibawakan oleh para mahasiswa tersebut dengan sangat baik. Mereka bicara bahasa Jawa dan memainkan peran seperti berada di Yogyakarta, lengkap dengan adegan di warung kopi, padahal di sebuah kafe, hingga pencarian Sri yang melibatkan polisi.
Komentar positif pun bermunculan dari berbagai pihak di Indonesia, terutama di media sosial.
(mad/nwk)