TNI Angkatan Udara akan membeli pesawat jet amfibi Beriev BE 200 Altair buatan Rusia. Pembelian pesawat jet yang bisa mendarat di laut tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo yang menginginkan perbaikan patroli maritim usai meninjau pos-pos perbatasan beberapa saat lalu.
"Melihat kondisi real di perbatasan kita, melihat pasukan kita, melihat patroli laut dan patroli udara, beliau telah lihat semuanya. Ada beberapa yang perlu perbaikan. Di antaranya untuk akomodasi prajurit TNI perlu perbaikan dan peningkatan. Lalu berikutnya akses-akses yang berkaitan dengan kemudahan. Itu menjadi salah satu sorotan beliau," ungkap Panglima TNI Jenderal Moeldoko.
Hal tersebut dikatakan Moeldoko usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jaktim, Senin (22/12/2014). Dari hasil peninjauan itu, Jokowi disebut Moeldoko menginginkan adanya perbaikan di pos-pos perbatasan yang masih kekurangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sampaikan solusi dalam hal pelaksanaan penindakan dan pencurian ikan di wilayah laut, berupa pesawat amfibi yang bisa mendarat di laut dengan karakteristik mampu di gelombang tinggi. Sehingga kita bisa menahan mereka untuk melarikan diri, lalu bisa membawa tim untuk pengamanan di laut. Salah satu jenis pesawat yaitu BE 200," kata Putu Dunia dalam kesempatan yang sama.
KSAU juga menyatakan jet amfibi ini mampu melakukan pemadaman kebakaran dengan bom air dan juga dapat digunakan untuk fungsi SAR. Jokowi pun disebut sudah menyetujui ide yang disampaikan oleh TNI AU ini.
Pesawat tersebut sebenarnya pernah disewa oleh Indonesia dari Rusia pada tahun 2013 untuk memadamkan kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. Sementara itu KSAL Laksamana Marsetio mengatakan Indonesia sendiri pernah memiliki pesawat sejenis pada tahun 1952-an, jenisnya adalah Catalina dan Albatros.
"Pernah dimiliki TNI tahun 52 sampai 62. Kapal-kapal itu efektif. Jokowi sampaikan agar kebutuhan kapal prajurit dikuatkan. Mudah-mudahan kegiatan pencurian ikan ilegal bisa kita cegah sedini mungkin. Kemarin kita tenggelamkan 2 kapal ikan cukup besar dengan bobot 250 grasston dengan bendera PNG. Dengan ABK kru dari Thailand," tutur Marsetio yang juga turut hadir dalam Rapim.
(ear/rmd)