"Panglima TNI telah membuka Rapim TNI dalam menyongsong program kerja Tahun anggaran 2015. Materi-materi yang kita lakukan, pertama kita mengevaluasi, melakukan refleksi ulang atas pembinaan yang dilakukan pada 2014 dan juga atas penggunaan kekuatan TNI pada tahun 2015," ujar Moeldoko dalam jumpa pers usai membuka Rapim di Mabes TNI, Cilangkap, Jaktim, Senin (22/12/2014).
Salah satu agenda yang dibahas dalam rapim ini adalah mengenai renstra terkait pemeliharan dan perbaikan alutsista yang telah dibeli. Pasalnya selama renstra sebelumnya, TNI hanya baru menyiapkan hingga sampai pada tahap pembelian alutsistanya saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini, kita telah banyak membeli alutsista yang sangat canggih dan harganya sangat mahal, tapi kita belum punya renstra soal pemeliharaan dan perbaikan alutsista. Ini berbahaya, pada suatu kurun waktu tertentu, pesawat akan memiliki waktu perbaikan secara bersamaan. Begitu juga dengan alutsista TNI AD, pesawat alutsista TNI AU," sambung jenderal bintang 4 itu.
Jika tidak disusun dalam renstra, maka kondisi tersebut dikatakan Moeldoko sangat membahayakan. Pasalnya menurut Panglima, perlu ada dana atau anggaran tertentu untuk pemeliharaan atau perbaikan alutsista.
"Bisa-bisa dikanibal kanan-kiri, ini tidak boleh terjadi. Untuk itu, kita pikirkan dari awal agar satu renstra tersendiri dalam pemeliharaan dan perbaikan. Memang dalam pembelian alutsista, di MoU dicantumkan. Misal 1 paket beli alut-nya berkaitan dengan penguasaaan teknologinya, namanya alih teknologi," jelas Moeldoko.
Meski begitu, briefing atau alih teknologi yang diberikan oleh pihak-pihak produsen alutsista tidaklah cukup karena berbatas waktu. Apalagi disebut Moeldoko dalam pemeliharan yang didapat dalam paket MoU pembelian sangat terbatas.
"Sama kayak beli mobil, ada dealer misal Mercy pemeliharaan bebas 5 tahun, ada yang 3 tahun, dan lain-lain. Kita tidak bisa mengandalkan itu dan kita harus merencanakan pemeliharan dengan baik," tuturnya.
Terkait mengenai renstra ini, KSAL Laksamana Marsetio mengatakan hal tersebut sangat diperlukan. Ia pun mencontohkan misalnya ada kapal-kapal yang dibeli, sparepart yang didapat hanya mampu digunakan untuk waktu 3 bulan.
"Kita beli kapal Sigma Corvet dari Belanda belum dilengkapi dengan on board sparepart, dan lain-lain. Kita baru beli kapal sparepart-nya baru untuk on board. Makanya tujuan Panglima kita akan buat kebijakan untuk pemeliharaan," tukas Marsetio dalam kesempatan yang sama.
Ia pun mengatakan, saat membeli kapal laut Multi Role Light Frigate dari Inggris untuk membawanya ke Indonesia perlu waktu 100 harian atau sekitar 3 bulan. Setelah sampai di Indonesia, suku cadang tak ada.
"Kita harus lihat bagaimana sampai di Indonesia 3 bulan tidak bisa jalan. Sparepart cuma untuk 3 bulan karena alokasi kita terbatas, makanya kita beli kapal dulu," tutupnya.
Hadir dalam Rapim ini selain Marsetio juga KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo dan KSAU Marsekal IB Putu Dunia. Selain itu juga datang Pangkotama dan Komandan Pembinaan di jajaran TNI. Menhan Ryamizard Ryacudu yang juga menghadiri Rapim memberikan pembekalan kepada para Pati TNI.
(ear/rmd)