"Isinya kurang lebih begini: Anjxxx yang diberi makan saja tidak menggigit tuannya. Manusia yang baik itu yang berterimakasih pada orang yang telah membesarkannya. Manusia yang tidak berterimakasih itu lebih rendah daripada anjxxx. Orang Indonesia, yang lebih rendah daripada anjxxx itu adalah Busyro Muqoddas," ujar Busyro saat membacakan SMS itu di rumahanya di Nitikan, Yogyakarta, Kamis (18/12/2014).
Busyro mengaku akan menyimpan SMS itu untuk membuat buku dan agar menjadi pelajaran serta pengetahuan. Busyro tahu siapa yang mengirimkan SMS itu, seorang anak muda usia 30-an dan kini anggota DPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Busyro mengaku tidak marah mendapat SMS itu. Dia hanya kaget, seorang anak muda yang semestinya memiliki semangat antikorupsi tetapi berpikir lain.
"Kok bisa ya, sarjana, Magister, aktivis partai melakukan itu. Dari situ saya pahami, kalau berparpol itu mulia, jika yang berparpol itu, paham apa sih parpol itu, sebagai representatif masyarakat, advokat derita rakyat, artikulator penderitaan rakyat," urai dia.
"Saya berkesimpulan, ternyata tidak mudah berparpol. Buktinya kasus WON, ada SMS itu, itu bukan datang dari orang kampungan tapi dari orang terpelajar, tapi tampak dia tidak terdidik. Sebenarnya (orang yang berkirim SMS itu-red), dia tidak sah menjadi anggota DPR. Dia tuna moral. Namanya saya nggak mau sebut namanya sampai sekarang," jelas Busyro.
Busyro kini tengah menunggu pengumuman seleksi pimpinan KPK. Dia mendaftar untuk yang kedua kalinya. Komisi III DPR rencananya baru Januari mendatang memutuskan apakah Busyro atau Robby Arya Brata yang menjadi pimpinan KPK.
(sip/ndr)