Ditemui di rumahnya, pagi ini Rabu (18/12/2014) Busyro berbagi banyak cerita. Suka duka pengalaman di KPK dia ceritakan, termasuk kekagumannya pada mereka yang bekerja di KPK.
"Teman-teman kantor ini banyak yang puasa Senin-Kamis, Daud (sehari puasa sehari tidak-red), ngaji tiap hari habis Maghrib. Habis jamaah Zuhur, kita undang ustad," terang Busyro di rumahnya di Nitikan, Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kantor sering dipasang barang yang gambarkan kepercayaan klenik. Klenik itu tidak punya kekuatan efektif," terang dia.
Busyro kini tengah menunggu pengumuman seleksi pimpinan KPK. Dia mendaftar untuk yang kedua kalinya. Komisi III DPR rencananya baru Januari mendatang memutuskan apakah Busyro atau Robby Arya Brata.
Busyro juga menuturkan, setelah rehat dari KPK karena masa tugasnya habis, dia merasa ada hilang. Pengabdian dan kesempatan untuk membantu memberantas korupsi.
"Perasaan saya sekarang, kehilangan. Saya nggak merasa sekarang ini ringan, wah sekarang ini udara bebas, wah nggak, sedih," jelas dia.
"Kehilangan kesempatan peluang, jalan-jalan penuh pendakian, penuh kemanusiaan, penuh nuansa pembebasan terhadapa sistem yang korup, proses yang korup, budaya yang korup, itu semua yang kita tangani selama ini kan. Itu semua yang menimbulkan kepercayaan masyarakat. Jajak pendapat Kompas misalnya, tertinggi alhamdulillah kita syukuri. Coba kalau kita nggak berprestasi. Kita lho, bukan saya. Saya bukan apa-apa kalau bukan di KPK," tutur dia dengan senyum.
(sip/ndr)