Faktor yang menjadi penyebab longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, menurut pakar LIPI adalah lereng tebing yang curam, munculnya mata air hingga menyebabkan pergerakan tanah. Ini saran pakar LIPI tersebut untuk menangani dan mencegah terjadinya longsor di Banjarnegara.
Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adrin Tohari memperingatkan bahwa pasca bencana longsor masih ada potensi munculnya pergerakan tanah susulan. Apalagi, masih ada mata air yang keluar di lereng yang longsor dan menggenang.
"Ini menjadi pemicu gerakan tanah susulan apabila tidak ada antisipasi. Terdapat ribuan kubik timbunan material tanah longsoran pada bagian tengah lereng yang berpotensi bergerak," kata Adrin dalam diskusi publik tentang 'Kajian Bencana Longsor Banjarnegara' di Media Center LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merekomendasikan untuk awal dibangun jaringan pipa di kolam tadi untuk membuang air agar tidak terjadi longsor susulan," jelasnya.
Yang harus diwaspadai pula, imbuh Adrin, adalah 2 gawir atau tebing curam yang terbentuk dari longsorang di sisi barat dan timur lokasi longsor.
"Gawir di sisi timur membentuk kolam tampungan aliran air kubik yang bisa menimbulkan longsor susulan bila air meluap," imbuhnya.
Banjarnegara merupakan zona pergerakan tanah yang tergolong menengah hingga tinggi. Masyarakat harus terus ditingkatkan kewaspadaannya menghadapi bencana.
"Kesiapsiagaaan menghadapi bencana dijadikan salah satu program Pemkab. Kami juga merekomendasikan ke Pemda agar kawasan tersebut jadi kawasan non-hunian karena situasi tanah akan bergerak lagi jika curah hujan tunggi," imbau Adrin.
Sementara Peneliti Longsor dan Pergerakan Tanah LIPI Bambang Widyatmoko membenarkan bahwa partisipasi masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya bencana longsor. LIPI sendiri ingin menularkan ilmu membuat alat sensor pergerakan tanah, sensor getaran dan sensor aliran air tanah.
"Partisipasi masyarakat sangat penting. Kami merancang alat sesederhana mungkin untuk pemantau pergerakan tanah. Kami berharap anak-anak SMK di kabupaten tersebut dikirim ke LIPI utk membuat alat ini secara bersama-sama. Kami siap memberikan ilmu-ilmu dan bahan-bahan untuk dipakai peralatan tapi benar-benar dibuat oleh lingkungan setempat sehingga mempermudah operasional di lapangan," jelas Bambang.
(nwk/mad)