Menelusuri Jejak Pasukan Mataram di Daerah Matraman Jakarta

Menelusuri Jejak Pasukan Mataram di Daerah Matraman Jakarta

- detikNews
Minggu, 14 Des 2014 11:33 WIB
Jakarta -

Daerah Matraman, Jakarta Timur adalah salah satu kawasan sibuk Jakarta. Gedung-gedung tinggi dan kemacetan jadi salah satu pemandangan rutin di daerah ini. Namun siapa sangka pada zaman penjajahan, kawasan ini merupakan markas dari pasukan Sultan Agung dari Mataram yang hendak menaklukan VOC.

Seperti dikutip dari situs Kecamatan Matraman, Minggu (14/12/2014) disebutkan, sejarah Matraman diambil dari kata Mataram–an sebutan untuk Pasukan Sultan Agung dari Mataram di Yogyakarta.

Saat itu pasukan Mataram menuju Batavia dalam rangka menyerang pasukan VOC yang dipimpin Gubernur Jenderal JP Coen pada sekitar tahun 1600-an. Dahulu daerah Batavia dibelah menjadi dua daerah bagian dengan garis pemisahnya Sungai Ciliwung di daerah Matraman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daerah Batavia merupakan daerah kekuasaan Pemerintahan Kerajaan Belanda (VOC) yang merupakan jalur perdagangan dengan menggunakan Sungai Ciliwung. Sungai ini mampu dilewati oleh 30 perahu yang membawa berbagai barang keperluan sehari-hari dari luar kota yang dikonsentrasikan di sekitar daerah Kali Baru Tanah Abang dengan kontrol penuh dari VOC yang berpusat di daerah Kali Besar Timur dan di sebelah barat Ciliwung tepatnya yang sekarang menjadi Matraman.

Benteng Mataram akhirnya dikuasai oleh Belanda dan dijadikan benteng. Sekarang menjadi daerah bweerland (berland) dulu digunakan sebagai Benteng kaveleri Belanda dan posko pasukan berkuda dan Kantor Dinas Blantbweer atau Markas Pemadam Kebakaran. Sedangkan di seberangnya dijadikan gudang peluru dan amunisi meriam dan pemukiman tentara kompeni, sekarang disebut palmeriam (paal meriem).

Selain nama Matraman, jejak fisik lainnya mungkin bisa dilihat dari Masjid Jami Matraman. Jejak pasukan Mataram penggempur Batavia ini memang berserak, tak hanya di Jakarta. Mulai dari Bogor, Garut, Tasikmalaya semua terlihat. Pasukan Mataram diketahui menyerang dua kali pada 1628 dan 1629. Kedua-duanya menemui kekalahan dengan berbagai penyebab, mulai dari pasokan logistik, pengkhianatan hingga sakit yang menyerang.

(nal/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads