"Perpecahan antar dua kubu dalam Partai Golkar yang semula masih sangat elitis, kini mulai mengalami masifikasi. Lihat saja sudah mulai masuk ke Fraksi Partai Golkar di DPR. Bayangkan jika fraksi yang merupakan perpanjangan tangan partai sudah mulai terbelah juga! Bagaimana nanti kalau menyikapi wacana penggunaan hak interpelasi, Perpu pilkada, dan lain-lainnya! Saya khawatir tidak lama lagi bisa merembet ke DPD I dan kemudian DPD II," kata Hajri dalam siaran pers, Jumat (12/12/2014).
Hajri sudah menganalisa perpecahan dalam tubuh Golkar tak terhindarkan. Namun kini apa yang dikhawatirkannya sudah jadi kenyataan, lebih dari yang diperkirakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kini akhirnya yang berlangsung adalah kuat-kuatan politik saja! Masing-masing ingin menunjukkan eksistensinya secara de facto! Mereka mulai berprinsip yang penting secara de facto kubu mereka hadir (omnipresent) di medan politik. Ini ciri dari telah terjadinya masifikasi perpecahan. Semakin masif suatu perpecahan semakin kompleks dan rumit untuk direkonsiliasikan," imbuh Hajri.
Karena itu munas rekonsiliasi adalah jalan keluarnya. Dia berharap kedua pihak bisa mengedepankan kepentingan partai ketimbang ambisi sendiri.
"Kini sudah sampai waktunya kedua kubu tersebut dipakasa atau di-fait accomply untuk kompromi dengan melakukan rekonsiliasi. Peluang islah atau rekonsiliasi masih mungkin terjadi," ungkapnya sembari meminta sesepuh Golkar turun tangan.
(van/try)











































