Pidato di Hari HAM, JK: Kasus Ambon dan Poso Bukan karena Agama, Tapi Politik

Pidato di Hari HAM, JK: Kasus Ambon dan Poso Bukan karena Agama, Tapi Politik

- detikNews
Rabu, 10 Des 2014 15:36 WIB
Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla dikenal sebagai tokoh di balik perdamaian kasus di Poso. Ia mengatakan permasalah di wilayah itu sama sekali bukan soal agama melainkan politik.

"Ambon Poso orang pikir karena masalah agama. Itu masalah politik. Itu karena the winner takes all," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sambutannya di acara Lokakarya Hari HAM sedunia di Hotel Sahid, Jl Sudirman, Jakpus, Rabu (10/12/2014).

JK mengatakan, masyarakat di Ambon dan Poso bisa hidup berdampingan selama puluhan tahun. Namun, kericuhan dimulai saat Pemilu 1998 karena jumlah warganya lebih banyak Muslim, maka partai Islam-lah yang berkuasa. Akibatnya, para kepala daerah dan pemangku jabatan banyak yang berasal dari umat Islam yang akhirnya membuat kehidupan di kedua wilayah itu jadi tidak seimbang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan sebagian besar konflik terjadi karena ketidakadilan yang dirasakan masyarakat. "Banyak konflik yang kecil-kecil. Konflik tanah yang korbannya 10 orang. Tentu banyak benar. Tapi konflik besar ada 15 kali selama 69 tahun kita merdeka.β€Ž 10 di antaranya karena ketidakadilan," sambungnya.

Kondisi ini kemudian diperparah dengan memasukkan unsur SARA di dalamnya. Hal ini memacu warga yang tadinya hidup tenang menjadi pelaku kerusuhan.

"Kemudian agama diikutkan karena agama lebih mudah timbul emosinya apalagi masuk agama maka orang dibunuh dan membunuh sambil ketawa," ujar JK.

Menurut JK, kondisi ini diperkeruh karena adanya 'iming-iming' surga untuk warga yang terbunuh maupun yang membunuh. Pada masyarakat waktu itu, JK bersuara keras bahwa perang itu tidak akan membuat masyarakat masuk surga.

"Makanya konflik yang dibungkus agama cepat berkembang karena surga yang dipermainkan. Jangan iming-imingi surga. Ini karena pemimpin agama juga tidak peduli satu sama lain. Di sinilah fungsinya agama itu dimoderatkan," lanjutnya.

"Di Poso Ambon saya melihat mereka merasa saling dizalimi. Jadi kita ada aturan-aturan kemudian dilanggar. Bunuh tapi pikir jiwanya masuk surga," pungkasnya.

(bil/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads