Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Saptastri Ediningtyas mengatakan, jumlah sampah yang mampu diangkut oleh petugas adalah 240-280 ton per hari. Sampah-sampah yang mayoritas merupakan limbah rumah tangga itu dibuang oleh penduduk di sungai dan waduk.
"Ada 250 lokasi yang rawan sampah sungai di Jakarta," kata perempuan yang akrab disapa Tyas ini, Minggu (7/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Jakarta Barat terdapat di Latumenten, Green Garden, Kebon Jeruk, Kembangan, Kali Sekretaris, Palmerah Utara, S. Parman, Kyai Tapa, Petamburan, Duri Kepa, Pasar Patra, Tomang Barat, Daan Mogor, Green Viil, Grogol Petamburan, Tubagus Angke. Sedangkan lokasi rawan di Jakarta Selatan yaitu di Pesanggarahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Tebet, Pancoran, Cilandak, Setiabudi, Kalibata, Pasar Minggu, Rawajati, Mampang. Terakhir di Jakarta Timur adalah di Klender, Otista, Makasar, Duren Sawit, Cakung, Kampung Melayu, Halim PK, Cipinang Besar, Jatinegara Barat, Perintis Kemerdekaan, Pulo Gadung dan Condet.
Meski sampah-sampah ini setiap harinya dibersihkan, namun jumlahnya tak kunjung surut. Dari hari ke hari jumlah sampah terus menumpuk, sementara daya angkut petugas sangat rendah. Akibatnya sampah ini membusuk sebelum diangkut ke Bantar Gebang sehingga menyebabkan bau tidak sedap, memunculkan berbagai penyakit dan menimbulkan banjir.
"Sayangnya sebagian besar warga masih belum sadar untuk tidak membuang sampah di sungai atau waduk," keluh Tyas.
Di samping itu, menurutnya, sarana dan prasarana masih banyak yang kurang memadai. Banyak jembatan dengan konstruksi penyangga yang rendah sehingga harus diperbaiki supaya tidak menghambat aliran sungai untuk memudahkan perawatan. Ia juga mengeluhkan banyaknya TPS ilegal di area bantaran sungai dan waduk.
"Sarana dan prasarana penanganan sampah sungai, kali, danau, waduk, dan situ perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya," ucapnya.
(kff/vid)