Salah seorang pengawas, Slamet Wiyono (72) menceritakan pengalamannya bekerja di Tamansari. Ia mengaku menghabiskan lebih dari separuh usianya untuk mengabdikan diri kepada Keraton.
"Hidup saya sejak kecil di sini. Jiwa saya seperti sudah melekat dengan Keraton," kata Slamet sambil terkekeh, di Tamansari, Yogyakarta, Minggu (30/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang datang memang untuk berwisata, ada juga yang mau nyembah-nyembah dan memanjatkan doa. Mereka semua kami layani dengan baik," ujarnya.
Slamet juga diberi upah yang cukup dari pihak Keraton setiap bulannya. Namun ia enggan menyebut berapa nominal penghasilan yang ia terima, yang pasti menurutnya cukup untuk biaya hidupnya bersama keluarga.
"Saya nggak ada keinginan aneh-aneh. Yang penting bisa makan, anak-anak bisa sekolah. Orang hidup kalau hatinya damai dan selalu bersyukur pasti hidupnya bahagia," tuturnya.
Lain halnya dengan cerita Paijo (58). Baginya, bekerja di Tamansari membuat masa mudanya semakin berwarna. Dengan bekerja di objek wisata budaya ini, Paijo mengaku mendapat banyak kenalan perempuan cantik.
"Saya jadi kenal banyak cewek. Dulu bisa gonta-ganti pacar," ujarnya sambil tertawa.
Termasuk perkenalannya dengan istrinya, juga berkat menjadi pemandu wisata di Tamansari. Bekerja di Tamansari, menurutnya memang memberikan banyak berkah.
"Tapi yang pasti sekarang sudah tidak gonta-ganti pacar," katanya terkekeh.
(kff/ndr)