βStereotif yang direproduksi lewat folklore tersebut tidak memiliki landasan sejarah,β kata Didi Kwartanada, sejarahwan dari Yayasan Nabil, dalam acara bedah buku 'Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran' karya Iwan 'Ong' Santosa di Gedung Joang 45, Kamis (4/12/2014) lalu.
Data dan catatan historis yang ada, ia melanjutkan, justru memberikan gambaran yang sebaliknya. Juga menceritakan bahwa orang-orang Tionghoa sangat menguasai ilmu kemiliteran, mulai dari bela diri hingga teknologi militer. βJauh sebelum merdeka, etnis Tionghoa di Nusantara telah menjadi bagian dari kemiliteran di tanah air. Mereka sudah mengawal ibu pertiwi di darat, laut, dan udara. Buku yang ditulis saudara Iwan ini membeberkan hal itu,β papar Didi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bukunya Iwan mengisahkan sejumlah peran tentara Tionghoa dalam sejarah kemiliteran di Nusantara sejak zaman Majapahit hingga saat ini.
Di zaman Majapahit menurut Iwan, tentara Tionghoa banyak menularkan ilmu pelayaran. Hal itu terus berlanjut di era Kesultanan Demak. Saat itu interaksi prajurit Demak dengan tentara Tionghoa turut memperkaya seni navigasi dan teknologi perkapalan Jawa.
"Terdapat ratusan kapal perang armada Demak yang sebagian besar dibangun para teknisi Tionghoa, dan turut dioperasikan pelaut Tionghoa saat terlibat serangan ke Malaka," tulis Iwan dalam buku ''Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran' seperti dikutip detikcom, Sabtu (6/12/2014).
(alx/erd)