Konon Siapa yang Berniat Jahat Akan Celaka di Tamansari Keraton Yogya

Konon Siapa yang Berniat Jahat Akan Celaka di Tamansari Keraton Yogya

- detikNews
Sabtu, 06 Des 2014 13:07 WIB
Yogyakarta - Selain menyimpan berjuta keindahan, Tamansari Yogyakarta juga menyimpan aroma mistis. Secara kasat mata, memang tak ada yang aneh dengan taman milik Keraton Yogyakarta yang dibangun tahun 1758 Masehi ini.

Bangunannya cantik dengan nuansa cokelat muda yang dipenuhi ornamen-ornamen artistik. Setiap bentuk bangunan memiliki arti dan tujuan tertentu.

Namun menurut cerita pengelola Tamansari dan warga sekitar, ada hal-hal tak wajar yang pernah terjadi di kawasan seluas 12.666 hektar tersebut. Tamansari yang dianggap suci oleh sebagian orang, menolak kehadiran manusia yang berhati jahat. Percaya nggak percaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ada yang berbuat jelek, jin-jin di sini nggak terima. Pasti dia dapat akibatnya. Ada saja lah," ujar pengawas Tamansari dari Tepas Kaprajuritan Keraton Ngayogyakarta, Maryoto saat berbincang dengan detikcom di Tamansari, Yogyakarta, Minggu (30/11/2014).

Maryoto mencontohkan, beberapa tahun lalu, pernah ada pemandu wisata yang meninggal dengan kondisi jasad yang tidak wajar. Jasad pria tersebut dipenuhi belatung, padahal meninggalnya baru berselang beberapa jam.

"Itu kan nggak wajar. Dia waktu masih hidup memang sering malak warga. Minta-minta uang kepada warga sekitar. Dia berbuat jahat, maka dapat akibatnya," tutur Maryoto.

Namun Maryoto enggan menyebut siapa nama pria itu. Menurutnya, kasus ini selayaknya dijadikan bahan belajar bagi kita semua. Diambil hikmahnya bukan malah berpikir yang tidak-tidak.

"Orang yang hatinya tulus, hidupnya akan damai. Kami-kami ini, hidup tidak bergelimang kemewahan, apa adanya saja. Tapi masih sehat dan bahagia semua sampai tua," ujarnya sambil terkekeh.

Kasus lain diungkapkan oleh Slamet Wiyono (72) yang juga merupakan pengawas Tamansari. Suatu ketika ada seorang pria yang berasal dari Jawa Timur berkunjung ke Tamansari. Pria tersebut berharap mendapat obat untuk mengobati anaknya yang sakit keras dan tak kunjung sembuh.

"Dia setiap hari membantu petugas menyapu pelataran sini. Dia ikhlas tidak pernah dibayar," tutur Slamet.

Beberapa hari kemudian pria tersebut diberitahu keluarganya bahwa kondisi anaknya berangsur-angsur membaik. Pria tersebut sangat bersyukur lalu tak lama kemudian kembali lagi ke kampungnya. "Ya antara percaya dan tidak percaya. Itulah mungkin bukti kalau orang baik diterima, sedangkan orang jahat ditolak," ucap pria yang tinggal di Sleman ini.

"Mungkin dia kesini sudah pasrah, sehingga doanya didengar," tambah Slamet.

Tapi para pengawas ini juga mewanti-wanti. Meminta dan pasrah hanya kepada Tuhan, bukan kepada benda atau yang lain.

(kff/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads