Satgas Gultor TNI 'Bebaskan Sandera ISIS' di Bandara Cengkareng

Satgas Gultor TNI 'Bebaskan Sandera ISIS' di Bandara Cengkareng

- detikNews
Jumat, 05 Des 2014 14:51 WIB
Istimewa
Jakarta - Satuan Tugas Penanggulangan Teror (Satgas Gultor) TNI berhasil membebaskan sandera Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) di Bandara Soekarno-Hatta. Hal tersebut dilakukan dalam skenario latihan gabungan Gultor Tri Matra IX 2014 di hari terakhir.

Dalam skenario tersebut seperti keterangan dari Puspen TNI, kelompok ISIS diceritakan memiliki kemampuan menembak, merakit bom, menguasai medan dan pelolosan serta mengintimidasi masyarakat, Jumat (5/12/2014). Anggota ISIS tersebut telah dilatih di Poso bergerser ke Bima untuk mencari simpatisan baru guna mendukung aksi teror di Jakarta dengan sasaran Bandara Soekarno-Hatta.

Para anggota ISIS melakukan pembajakan pesawat pejabat VIP dan memutus jalur suplai bahan bakar avtur pesawat dan menguasai gedung otoritas bandara. Mereka juga diceritakan menyandera kepala bandara dan seluruh staf regulasi bandara. Atas perintah Panglima TNI, Satgas Gultor TNI yang merupakan gabungan dari Sat 81 Kopassus, Den Jaka Kopaska, dan Den Bravo Paskhas melaksanakan penindakan teror dengan berbagai manuver.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim Aksi Khusus (Aksus) Alpha melakukan infiltrasi udara dengan free fall grasstrip runaway untuk membebaskan sandera di pesawat. Lalu Tim Aksus Delta melakukan fastrope di gedung Angkasa Pura II dan Tim Aksus Delta melakukan infiltrasi udara dengan free fall di gedung Pertamina. Dalam skenario itu, Satgas Gultor berhasil menewaskan 16 teroris dan menyelamatkan seluruh sandera yang berjumlah 79 orang.

Usai melakukan latihan menanggulangi teroris di Bandara Soekarno Hatta itu, latihan Satgas Gultor Tri Matra IX 2014 yang dimulai sejak Senin (1/12) itu resmi ditutup oleh Irjen TNI Syafri Mahyudin yang mewakili Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Ia pun membacakan amanat Panglima TNI di lokasi, lapangan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Bandara Soekarno Hatta.

"Instrumen internasional telah menjadi pagar terjadinya konflik, namun demikian TNI harus tetap siaga manakala instrumen internasional tersebut tidak mampu melindungi kedaulatan dan kepentingan nasional. Ini harus menjadi kewaspadaan karena bentuk perang telah berubah dalam bentuk perang terorisme hybrida dan proxy war yang memiliki dimensi fisik dan psikologis yang dilakukan negara atau non negara," ucap Syafri menirukan amanat Panglima.

(ear/vid)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads