Sekelompok mahasiswa UGM yang menamai dirinya NextIn menciptakan aplikasi belajar khusus untuk anak-anak disleksia. Aplikasi tersebut dinamai LexiPal.
"Kami mengembangkan aplikasi LexiPal. Lexi diambil dari kata disleksia, dan Pal sebutan akrab teman dalam bahasa Inggris," ujar salah satu penemu Muhammad Risqi Utama (24).
Hal ini disampaikan Risqi dalaβm konferensi pers di Ruang Fortakgama Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Jumat (5/12/2014). Risqi saat ini adalah mahasiswa S2 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM angkatan 2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembuatan aplikasi ini dimulai dari keikutsertaan prototype LexiPalβ dalam ajang Mandiri Young Technopreneur. Setelah mendapat juara ke-2 dalam lomba ini, NextIn kemudian mewujudkan prototype ini ke dalam software pada tahun 2013.
Namun sebenarnya, konsep aplikasi ini sudah diciptakan sejak tahun 2012 lalu. Sedangkan pembuatannya mulai dari bentuk prototype hingga diujicobakan ke siswa disleksia memakan waktu sekitar 1 tahun.
"Dibuat sejak September 2013, membayar ekspert, software, hingga dihibahkan, (menghabiskan biaya) sekitar Rp 500 juta," ujar Risqi
Aplikasi ini memberikan cara-cara belajar yang menyenangkan bagi anak disleksia. Terdapat dua bentuk yakni website dan software yang bisa diinstal di komputer.
Tak hanya itu aplikasi untuk anak usia 5-7 tahun ini juga tersedia dalam 2 versi yakni versi profesional βdan untuk home version.
"Misalnya untuk belajar garis, ada titik-titik yang menghubungkan monyet dengan pisang. Nah di situ dihubungkan (titik-titiknya), bagaimana agar si monyet bisa mendapat pisangnya," jelasnya.
βDi dalamnya, terdapat 12 kategori pembelajaran yaitu bentuk dan pola, persamaan perbedaan dan perbandingan, ingatan jangka pendek, asosiasi objek, persepsi arah, urutan aktivitas, pemahaman tempat, konsep waktu, ketrampilan sosial, huruf,
Suku kata dan kata, serta kalimat sederhana.
β"Kami 1-2 bulan riset, bikin desain, baru dikembangkan. Sudah divalidasi expert, diujicobakan di 40 anak disleksia," ujarnya.
Risqi menambahkan disleksia menjadi pilihan fokusnya karena penyandang disleksia belum mendapat perhatian di Indonesia. Sedangkan di Inggris, kata Risqi, anak-anak sekolah dasarnya mendapatkan tes disleksia agar mendapatkan perlakuan yang sesuai di sekolahnya.
"Karena disleksia tidak bisa sembuh tapi bisa diterapi. Tapi terapi-terapi di Indonesia dilakukan dengan monoton dan membosankan. Sampai dewasa dia akan tetap disleksia tapi dengan terapi dia bisa mengatasi kondisinya," ulas Risqi.
"Contonya tokoh yang disleksia dan dia bisa mengatasi masalahnya adalah aktor Tom Cruise, dia menghafalkan naskah dengan merekam dan mendengarkan," tambahnya.
Aplikasi ini akan dilaunching pada 20 Desember 2014 di UGM. Dengan begitu, LexiPal bisa dipesan secara terbuka.
Versi web dapat digunakan secara berlangganan. Langganan 3 bulan seharga Rp 175 ribu, 6 bulan Rp 275 ribu, 1 tahun Rp 475 ribuβ. Sedangkan dalam bentuk DVD home versio dibanderol Rp 2 juta dan untuk profesional seharga Rp 2,5 juta.
"Sudah ada 75 pesanan preorder sampai sekarang," kata Rifqi.
Selanjutnya, kelompok yang bermarkas di Gang Merpati no 177 C, Condong Catur Yogyakarta ini sedang mengurus pematenan produk ciptaannya. Mereka berharap aplikasi ini nantinya dapat berkembang dapat diakses melalui perangkat mobile seperti Android.
(sip/vid)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini