Insiden dengan Paspampres di Semarang, Staf Kapolda Metro Serahkan ke Pomdam

Insiden dengan Paspampres di Semarang, Staf Kapolda Metro Serahkan ke Pomdam

- detikNews
Jumat, 05 Des 2014 10:55 WIB
Jakarta - Komandan Paspampres Mayjen Andika Perkasa memberi penjelasan soal insiden yang terjadi di Semarang, Jateng. Menurut dia tak ada pemukulan pada pengawal Kapolda Metro Iptu Reza Pahlevi saat Jokowi memberi pengarahan di depan Kapolda dan Kapolres.

Apa yang disampaikan Andika itu disambut positif Koordinator Staf Pribadi Kapolda Metro Jaya, AKBP Agung Marlianto. Sepenuhnya dia menyerahkan kasus ini ke Pomdam Diponegoro, Semarang.

"Permasalahan apakah benar terjadi pemukulan atau tidak terhadap anggota kami, dengan penuh rasa hormat kami serahkan sepenuhnya kepada Pomdam. Sesuai informasi dari pihak yang punya kewenangan, perkara yang kami laporkan ini masih tetap berlanjut dan belum dihentikan," jelas Agung dalam pernyataannya yang diterima detikcom, Jumat (5/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agung juga menjelaskan, dia merasa salut dan bangga memiliki figur pimpinan Paspampres yang tegas namun tetap santun dan ramah, meskipun kepada junior yang jauh di bawahnya. Insiden ribut Paspampres itu terjadi saat Jokowi memberi arahan di Akpol pada 2 Desember lalu. Insiden itu terjadi antara Kolonel Maruli dan Iptu Reza.

"Saat itu, beliau (Andika-red) turun langsung ikut membantu melerai, sehingga anggota kami tidak terus menjadi bulan-bulanan kemarahan Bpk Kolonel Inf. Maruli yang sudah tidak mampu menahan emosi," jelas dia.

"Kami juga menyesalkan kejadian tersebut, padahal selama ini komunikasi dan koordinasi antara kami (Spripim Polda Metro Jaya) dan Paspampres terbina solid dan harmonis. Banyak senior-senior kami yang sangat bijaksana dan selalu menjadi panutan kami di Paspampres, juga rekan-rekan satu angkatan kami," tambahnya.

Agung juga menjelaskan, dia menyampaikan terima kasih atas pernyataan dan jawaban beliau bahwa insiden tanggal 2 Desember tersebut, bukan oleh anggota Polri yang membawa senjata sebagaimana berita tidak benar yang tersebar via broadcast sebelumnya.

"Karena memang kami adalah staf yang tidak memerlukan senjata," imbuh Agung.

"Statement Beliau ini merupakan jawaban atas tuduhan keji dari berita via broadcast message kepada anggota kami, seolah tidak tahu aturan SOP pengamanan Giat Presiden (Ops Waskita). Sebagaimana penjelasan beliau, bahwa kejadian tersebut dilatarbelakangi oleh instruksi untuk mengeluarkan orang-orang yang bukan peserta dari dalam ruang Auditorium tempat acara pengarahan Bapak Presiden berlangsung," tutupnya.

(mei/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads