"Kita terapkan sistem kemitraan. Semua pengemudi itu mitra, di akhir tahun ke-6 baru perusahaan bisa kasih taksi itu ke pengemudi. Kita akan memberikan mobil di tahun ke-6 kalau pengemudi berkelakuan baik," ungkap Direktur Keuangan Express Group David Santoso saat konferensi pers di kawasan SCBD, Jaksel, Kamis (4/12/2014).
Meski begitu, sopir yang bisa mendapat sistem kemitraan adalah sopir berstatus bravo atau sopir tetap. Bagi sopir berstatus charlie atau sopir pengganti tidak bisa ikut dalam sistem ini. Di Express sendiri, 1 sopir hanya memakai 1 unit mobil. Mereka menyicil dari setoran yang mereka berikan setiap harinya ke perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau diberikan kepada pengemudi, unit mobil tidak boleh digunakan sebagai taksi namun sebagai mobil pribadi berplat hitam. Artinya, sopir bukan mendapatkan taksi yang bisa dibawa ke rumahnya sehingga memungkinkan taksi dimodifikasi untuk melakukan aksi kejahatan terhadap penumpang.
"Sebelum di tangan pengemudi, mobil sudah diganti atau semua identitas taksi harus dihapus. Sudah tidak ada identitas Expressnya. Harus diganti juga warna mobilnya. Biasanya akan dijual oleh pengemudi, diganti semua atribut taksinya," David menjelaskan.
Salah seorang sopir bravo Taksi Express, Abdul Malik juga menyatakan hal yang serupa. Saat pertama ia masuk, ia memberikan uang jaminan kepada Express Group lalu uang setoran digunakan untuk menyicil mobil yang akan menjadi miliknya jika ia berkelakuan baik dan mencapai target.
"Kita masuk ada jaminan bayarnya Rp 530 ribu kalau untuk charlie. Kalau ambil kredit atau yang Bravo Rp 1 juta. Setiap hari setoran Rp 300 ribu," cerita Abdul saat detikcom menumpang taksinya dari kawasan SCBD, Jaksel, Kamis (4/12/2014).
Abdul yang mengendarai Taksi Express dengan nomor pintu DP 8016 itu mengaku sudah 3,5 tahun menjadi sopir Bravo di Express Group. Dalam satu bulan, ia harus menarik taksi selama 20 hari dengan setoran full untuk mencapai targetnya.
"Nanti nggak bisa dijadiin taksi. Jadi mobil pribadi, polos, pakainya plat hitam. Kalau dijual harganya Rp 65-70 juta. Ini Bisa jadi punya saya 2,5 tahun lagi. Nggak ah kalau dipakai sendiri jadi mobil pribadi, buat apa juga wong saya tiap hari nyopir taksi. Mau saya jual aja mobilnya," tutup pria asal Slawi tersebut sambil tersenyum.
(ear/idh)