Belasan perempuan Maroko berparas menawan yang diduga sebagai PSK diamankan petugas Kantor Imigrasi Bogor. Oleh para calo, mereka disebut dengan julukan magribi. Apa sebenarnya arti istilah tersebut? Benarkah ada hubungannya dengan prostitusi?
Al-Maghrib, begitulah nama klasik dari wilayah kerajaan yang mencakup Maroko, Libya, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Negeri itu memang terletak di ujung barat benua Afrika. Dari perspektif Arab, khusus untuk Maroko, negeri ini berada di wilayah 'barat jauh (Al Maghrib Al Aqsa)', sedikit menjorok lebih ke Barat daripada Al Andalusia Spanyol.
Selain mempunyai wilayah gurun beriklim kering, Maroko juga mempunyai wilayah pegunungan Atlas. Pemandangan bersalju bukan hal asing di Maroko. Bahkan negara yang ber-ibu kota di Rabat ini mempunyai wilayah dengan suhu paling rendah di dunia Arab, yakni Ifrane yang pernah bersuhu minus -24 derajat Celcius, setidaknya pada tahun 1935.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain melakukan kawin silang dengan orang-orang Arab, pada periode sejarah tertentu mereka juga mendapat percampuran dengan orang-orang blasteran Spanyol pada abad pertengahan. Berber-Spanyol ini juga disebut orang Barat sebagai Bangsa Moor. Mereka diusir dari Andalusia pada penghujung Abad 15 lewat peristiwa Reconquista berdarah.
Jadi bisa dibayangkan, bagaimana kecantikan Arab, Afrika Utara, dan Hispanik diracik jadi satu. Penduduk Maroko memang kebanyakan hasil kawin campur Arab dan Berber. Budaya dan bahasa mereka juga dipengaruhi Arab.
Bangsa Moor pelarian dari Spanyol, dahulu kala, mendiami wilayah pesisir negeri ini. Bahkan, menurut European Journal of Human Genetics terbitan Mei 2000, orang Maroko di sebelah Barat Laut Afrika mempunyai kedekatan genetis lebih erat dengan orang Iberia (Spanyol dan Portugal) daripada dengan orang Timur Tengah.
Sebutan magribi-maghribi-maghrebi sama sekali bukanlah istilah yang merujuk pada PSK asal Maroko, melainkan nama itu merupakan nama etnis. Sama seperti istilah pushtun yang merujuk pada etnis Pashtun di Pakistan. Atau juga istilah uzbek yang bagi sebagian orang Indonesia diasosiasikan kurang tepat, padahal merujuk pada etnis di Uzbekistan.
Lalu bagaimana belasan perempuan magribi itu bisa nyasar ke Bogor? Kabarnya mereka menggunakan visa turis, tapi malah bekerja sebagai PSK. Semoga ke depan, kecantikan magrib mereka tak disalahgunakan.
(dnu/mad)