Pada awal berdiri, Pak Mukti, panggilan Abdul Mukti, hanya menyediakan bensin harga standar. Sesuai dengan harga saat itu. Tapi dalam perkembangannya, terutama saat BBM naik bulan ini, ia menjual bensin lebih bervariasi. Harga terendah Rp 2 ribu, tertinggi Rp 9 ribu. Harga menyesuaikan takaran.
"Ini untuk menyesuaikan harga saja, khususnya anak sekolah," tutur Mukti tersenyum tipis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Buat anak sekolah kayak saya, ini sangat membantu. Bisa irit uang saku," kata Adi, siswa SMK 1 Kediri usai mengisi bensin untuk motornya.
Saat ditemui detikcom, Rabu (26/11) siang, Pak Mukti tengah menata botol-botol bensin. Ia memegang buku catatan kecil. Kemudian ia menata botol ke rak.
Sejak berdiri pada tahun 2011, kios tersebut kadang diusili orang. Dari yang membayar dengan menggunakan uang palsu hingga sama sekali tak membayar. Tapi Pak Mukti tak menyerah.
"Saya tetap bertahan dengan pola itu. Ini soal melayani sesama," tutur pria dengan 3 anak ini.
Pak Mukti yang berstatus duda, hidup bersama 3 anak. Anak pertamanya membuka toko kelontong, anak kedua kuliah, dan anak terakhir masih SMA. Tak ada anggota keluarga yang memprotes upaya Pak Mukti 'menebar' kejujuran. Maka itu, kios sederhana tersebut masih tetap berdiri meski kadang kala merugi.
(try/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini