Kisah Muhammad Edi, Sulitnya Mencari RS dengan Ruang Rawat Kosong di Jakarta

Kisah Muhammad Edi, Sulitnya Mencari RS dengan Ruang Rawat Kosong di Jakarta

- detikNews
Rabu, 26 Nov 2014 10:51 WIB
Jakarta -

Muhammad Edi (29) mesti kerja keras mencari rumah sakit kosong di Jakarta untuk bisa merawat anaknya Abbiyasa Rizal Ahnaf (2) yang menderita sakit penyumbatan pencernaan. Sebagai guru bagi siswa autis, penghasilan dia tak seberapa.

"Alhamdulillah sudah dirawat di RS Tarakan, ini sekarang baru masuk ruang operasi," jelas Edi saat berbincang, Rabu (26/11/2014).

Edi menuturkan kisahnya. Belasan rumah sakit terkenal di Jakarta hingga Depok sudah dia tanya sejak pekan lalu, soal kamar yang kosong untuk ruang perawatan anaknya. Tapi sayangnya, alasan disampaikan pihak rumah sakit pemerintah hingga swasta, kalau kamar penuh. Edi pemegang BPJS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang anak dirawat di RS Pasar Rebo, tapi rumah sakit itu tak memiliki peralatan untuk perawatan pasca operasi, sehingga harus mencari rumah sakit lain. Ada sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan.

"Alhamdulillah saya kontak Pak Ahok dan Pak Kepala Dinas Kesehatan DKI, dan dicarikan ruangan kosong di RS Tarakan. Dan saya full bisa dicover BPJS," terang Edi.

Satu persoalan mengemuka, ada sejumlah rumah sakit nakal yang nyata-nyata menerima pasien BPJS tapi menolak halus, alasannya ruang rawat sudah penuh.

"Ada satu rumah sakit akhirnya mau buka kamar setelah saya bayar Rp 20 juta, itu uang dikasih teman," jelas warga Ceger Jakarta Timur ini. Uang ini sudah ditarik lagi Edi setelah mendapat perawatan di RS Tarakan.

Edi mengaku, rekan-rekannya menyebar brodacst message tentang penderitaan anaknya dan penolakan sejumlah rumah sakit nakal dengan alasan kamar penuh. Hingga setelah broadcast menyebar dia mendapat banyak bantuan dan jalan, termasuk menghubungi Ahok dan Kepala Dinas Kesehatan DKI. Senin malam anaknya masuk RS Tarakan.

"Alhamdulillah sekarang siang ini masuk meja operasi. Doakan ya, mohon doanya anak kedua saya. Tadi dokter sudah mengumpulkan keluarga kami, katanya karena sudah lama dan terlambat penanganannya bakteri sudah menyebar. Kemungkinannya kecil, tapi kami berdoa semoga Allah memberi kepercayaan untuk bisa tetap merawat Abiyasa," urai dia.

Sebelumnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) meminta masyarakat tak takut melapor bila ada rumah sakit nakal. Kalau ada rumah sakit tanya soal pakai BPJS atau tunai saat hendak masuk menjalani perawatan, bisa dilaporkan.

Kadang ada petugas rumah sakit yang menyebut ruangan penuh saat pasien yang baru datang menggunakan BPJS.

"Jadi kalau ada seperti itu, saat bilang pakai BPJS dan kamar penuh, laporkan saja ke petugas BPJS center yang ada di rumah sakit atau laporkan ke Kemenkes," jelas Kepala Departemen Humas BPJS Kesehatan Irfan Humaidi, Senin (24/11).

Menurut dia, bisa saja hal itu terjadi karena pihak manajemen rumah sakit atau ada oknum. Pastinya pasien jangan takut melaporkan.

"Kita akan evaluasi rumah sakit yang melakukan diskriminasi," urai dia.

(ndr/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads