"Aku sendiri walaupun aku orang miskin, BBM naik, aku tak masalah, aku setuju. Aku setuju itu, buat apa sih demo-demo," ujar Sihombing saat ditemui di sela-sela istirahatnya di bantaran sungai KBT, Cakung, Jakarta Timur, Jumat (21/11/2014).
Sinaga, sabf istri, mengamini komentar suaminya. Menurutnya, dia sangat mengerti subsidi BBM itu harus ditarik karena akan dialihkan untuk kebutuhan dasar orang-orang seperti dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merantau sejak tahun 1990-an dari Sumatera Utara ke Jakarta, pasutri ini awalnya mengadu nasib dengan jadi pemulung. Penghidupan tak tentu dari mengumpulkan sampah hingga setahun lalu mereka direkrut sebagai pekerja lepas pembersih sungai. Dengan gaji harian Rp 82 ribu per orang, pasutri ini bisa mendapatkan Rp 4,8 juta per bulan.
Dengan penghasilan sebesar itu dengan anak satu yang masih SD, pasutri itu berusaha jungkir balik mengatur keuangan rumah tangga. Sekolah anaknya di SD negeri memang gratis, namun untuk mencukupi kebutuhan lain seperti biaya kontrak rumah di Cakung dan listrik, pasutri ini harus memutar otak. Bahkan bila ada waktu, bekerja mencuci serabutan dan memulung kembali juga dilakoni.
"Ah itu pintar-pintarnya kita saja (mengatur uang). Sekarang tiap manusia pasti selalu serakah. Sekarang gini misalkan gaji Rp 10 ribu, masa iya kita mau pergi ke mal atau beli baju yang harganya Rp 50 ribu? Pasti kita sisihkan sedikit sebulan-dua bulan, sehari-dua hari. Kalau seandainya aku orang kaya, suamiku gajinya Rp 100 juta, aku juga pasti ingin ke Eropa, melihat Menara Pisa. Tapi, kita ini sadar diri," tuturnya.
Sihombing lantas menyahut sambil terkekeh, "Ah kau, pasti sulit dapat istri seperti ini."
"Aku sepakatlah kalau bensin naik dan subsidinya ditarik untuk orang-orang seperti kami ini. Jangan salahkan Jokowi ataupun Ahok. Kita pun harus bisa membantu negara ini. Contoh kecil saja ketika dalam keluarga ada anak-ibu dan suaminya, mereka harus saling bantu, kalau tidak akan berantakan rumah tangga itu. Anggap bapaknya Jakarta ini Pak Ahok, kalau tidak dibantu, dengan kesadaran masyarakatnya, bagaimana Jakarta ini mau bersih," tandas Sinaga penuh semangat.
(nwk/nrl)











































