"Keragaman yang nyata lahir dari pertukaran ide, produk dan pengaruh, bukan dari perkembangan satu gaya identitas nasional semata."
Begitu petikan pemikiran Tyler Cowen, pakar ekonomi dan juga penulis dari Amerika Serikat tentang pentingnya menjaga keragaman dalam suatu negara. Gagasan Cowen -- yang lahir pada tahun 1962 -- ini bisa jadi masuk kategori pemikiran modern. Namun jangan salah, jauh hari sebelum Cowen menelurkan ide itu, atau bahkan sebelum hari kelahirannya, di Spanyol ide itu sudah dipraktekkan dalam sebuah bentuk nyata.
Adalah Poble Espanyol, bukti nyata itu. Dibangun pada 1929, dia adalah museum arsitektur yang pembangunannya dilatarbelakangi oleh gagasan untuk menunjukkan ciri khas kampung-kampung -- yang kini disebut kuno -- di wilayah-wilayah yang ada di Spanyol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tahun pertama pembangunannya, Poble Espanyol mendapatkan tanggapan hangat dari pemerhati seni maupun pihak kerajaan. Sampai saat ini, museum ini masih kokoh berdiri dan bahkan variasi sajiannnya semakin bertambah, mulai dari pertunjukan seni sampai sajian kuliner tiap-tiap wilayah.
Seperti saat detikcom dan rombongan dari 'Indonesia Kids Meet Messi' yang disponsori oleh Indosat berkunjung ke Poble Espanyol pada Kamis (20/11/2014) sore. Terlihat ada puluhan pengunjung lain yang mengitari museum ini.
Setelah melewati pintu depan, di mana tiap orang dewasa diharuskan membayar biaya masuk sebesar 12 euro, para pengunjung akan melintasi lapangan luas seperti alun-alun namun beralaskan tegel. Lapangan ini dikelilingi bangunan kuno sekitar empat atau lima lantai. Di tempat terbuka ini, banyak burung merpati hinggap, terbang ke sana kemari.
Lantas untuk memulai tur, pengunjung dapat masuk ke gang yang berada di sisi kiri. Dari sinilah, suasana lawas semakin terasa. Bukan hanya pada arsitekturnya saja yang kuno, namun dari warna dinding ataupun kursi yang berada di pinggiran gang terlihat sudah cukup lama dibuat.
Berturut-turut, pengunjung akan 'memasuki ruang waktu' ke dalam kampung-kampung kuno 15 wilayah Spanyol yakni Andalucía, Aragón, Asturias, Cantabria, Castilla - La Mancha, Castilla y León, Cataluña, Comunidad Valenciana, Extremadura, Galicia, Islas Baleares, Madrid, Murcia, Navarra dan País Vasco.
Setiap bangunan tentunya memiliki ciri khasnya tersendiri. Seperti gaya rumah-rumah di sektor Andalucia yang banyak menyertakan pot tanaman di kiri kanan gang. Sedangkan untuk wilayah Murcia, menekankan pada balkon lantai atas yang elegan. Pais Vasco juga menonjolkan balkon, namun area ini memiliki ciri khas yang lebih klasik dan sederhana.
Nah, di tiap-tiap bangunan yang mewakili wilayah itu, terdapat tempat makan ataupun kafe yang merepresentasikan cita rasa kuliner tiap-tiap daerah. Kamis sore kemarin, tampak banyak pengunjung yang menyantap makanan atau sekadar minum kopi di tempat-tempat itu. Tentunya untuk dapat menikmati hidangan di kedai-kedai ini, dikenakan biaya lagi di luar biaya tiket masuk.
Singkat kata, Poble Espanyol seperti layaknya Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Tanah Air yang dibangun salah satunya didasari untuk menjaga semangat persatuan dan kesatuan di tengah keanekaragaman budaya. Namun karena dibangun pada tahun 1929, Poble Espanyol menawarkan sesuatu yang lebih, nuansa klasik yang orisinil. Anda tertarik untuk menjelajahinya?
(fjp/nwk)