"Arena politik Golkar sudah tidak menarik lagi. Saya tidak lagi tertarik untuk melanjutkan kiprah politik di Golkar," kata Hajriyanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2014) malam.
Ketua DPP Golkar ini menegaskan pernyataan itu sudah cukup eksplisit untuk mengungkapkan pandangannya untuk memutuskan bertarung atau tidak di Munas Golkar. Hajriyanto tak tertarik lagi berkiprah di Golkar karena melihat inkonsistensi yang tergambar jelas di internal partainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inkonsistensi yang dimaksud Hajriyanto adalah perubahan drastis sikap kubu-kubu yang ada di Golkar. Kubu penguasa yang dipimpin Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical) semula usai Pilpres 2014 menuntut agar Munas dilaksanakan pada 2015. Namun kubu yang tak puas dengan kepemimpinan Ical menuntut agar Munas dipercepat, kubu ini akhirnya diancam pecat oleh kubu Ical.
Pada episode selanjutnya, setelah pembentukan kabinet hingga sekarang, sikap dua kubu ini berbalik 180 derajat. Kubu penguasa ingin Munas dilaksanakan pada 2014. Sementara, kubu yang tak puas dengan kepemimpinan Ical menuntut agar Munas dilaksanakan pada 2015.
"Terus terang saya sangat kecewa dengan inkonsistensi kedua kubu itu. Dan terus terang saja, penghormatan saya kepada Golkar merosot tajam," keluh mantan Wakil Ketua MPR ini.
Lalu, bila tidak mau maju lagi, akan dialihkan ke mana dukungan para pengurus Golkar untuk Hajriyanto? Dia tak mengarahkan suara dukungan kepadanya untuk Caketum tertentu.
"Dukungan kepada saya biar saja mereka memberikan ruang dan hati nurani kepada calon-calon lain. Saya sendiri belum begitu melihat calon yang mampu membenahi perpolitikan Golkar ke depan," tutur Hajriyanto.
Namun Hajriyanto lantas merujuk kepada kemunculan Jusuf Kalla sebagai Ketum pada Munas 2004. Waktu itu, kemunculan JK begitu mendadak, hanya tiga hari jelang kemenangannya di Munas. Hajriyanto ternyata masih membuka kemungkinan dirinya menjadi seperti JK pada Munas 2004.
"Siapa tahu nanti ada kejutan nama-nama baru yang belum muncul. Karena saya belum deklarasi menjadi Caketum, ya saya tidak bisa mengatakan tidak jadi mau maju menjadi Caketum," kata Hajriyanto diplomatis.
(dnu/jor)











































