"Jadi gubernur enak, gubernur DKI apalagi. Saya pengen kepilih lagi dong 2017. Tapi kalau saya keras begini, pasti mereka (warga DKI) enggak mau pilih saya lagi kan. Tapi saya rela. Bagi saya, jabatan gubernur jauh lebih enggak ada artinya dibanding Jakarta bebas dari banjir karena itu tugas kita," kata Ahok.
Hal ini dikatakannya kepada wartawan di sela-sela blusukan meninjau proyek sodetan kali Ciliwung-Kanal Banjir Timur di Kebon Nanas, Jakarta Timur, Selasa (18/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok meminta Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum, T Iskandar agar mampu bertindak tegas. Menurut dia, proyek itu seharusnya ditargetkan selesai pada Februari, tapi molor karena pembebasan lahan di Bidara Cina, Jatinegara, belum rampung.
"Ini untuk kepentingan orang banyak kan. Ini sudah terlambat, sudah molor. Harusnya 14 bulan, bisa-bisa jadi 20 bulan. Kalau enggak berani sodok paksa mereka, tidak mau bayar (untuk relokasi) tutup saja, Pak (proyeknya). Lebih baik stop beneran. Ngapain buang uang, lebih baik hentikan pekerjaannya di sini," kata Ahok.
Ahok menegaskan akan melakukan sistem konsinyasi jika tak kunjung ada titik temu soal harga untuk relokasi warga. Dia juga sempat mensosialisasikan penggusuran itu secara langsung kepada ratusan warga di Jatinegara.
Ada sekitar 200 KK yang harus direlokasi dari kawasan itu agar Ciliwung bisa disodet lewat bawah tanah dan dialirkan ke KBT. Ahok menargetkan pembebasan lahan bisa dilakukan paling lambat Januari dan meminta Iskandar bayar DP lahan minimal 50% agar warga bisa langsung cari hunian baru.
Menurutnya, hal ini merugikan posisinya secara politis. "Cuma ada dua pilihan sekarang, hentikan pekerjaannya (proyek sodetan) atau memaksa warga Bidara Cina untuk keluar. Yang kena risikonya saya, orang-orang tidak akan pilih saya lagi karena saya memaksa mereka. Kalau secara politik bisa saja gua diamin dulu, gua baik-baikin, elus-elus dulu sampai lewat 2017. Tapi saya rela," kata Ahok.
(aan/nwk)