Aneka Reaksi Sopir Ojek, Mikrolet hingga Metro Mini Pasca BBM Naik

Aneka Reaksi Sopir Ojek, Mikrolet hingga Metro Mini Pasca BBM Naik

- detikNews
Selasa, 18 Nov 2014 10:45 WIB
(Foto: Nograhany WK/detikcom)
Jakarta -

Hari pertama Bahan Bakar Minyak (BBM) naik Rp 2.000, bagaimana para sopir ojek, mikrolet hingga Metro Mini menyikapinya? Beragam. Mereka ada yang memilih pasrah tak menaikkan tarif jasa, ada juga yang langsung menaikkan tarif.

Seperti Aca (50), sopir ojek di kawasan Mekarsari, Cimanggis, Depok, Jawa Barat memilih tidak menaikkan tarifnya. Biasanya, memakai jasa Aca, dari kawasan Mekarsari ke Pasar Palsigunung, Cimanggis Depok adalah Rp 10 ribu.

"Sudahlah, nggak usah," saat ditanya detikcom naik berapa tarifnya di Pasar Palsigunung, Selasa (18/11/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aca bahkan tidak tahu bila ada kenaikan harga BBM. Pada sore harinya, Aca memenuhi tangki bahan bakar sepeda motor bebeknya sekitar Rp 25 ribu.

"Saya malah nggak tahu kalau harga BBM mau naik. Sorenya pukul 15.00 WIB, sudah saya isi penuh. Ya Alhamdulillah," tutur Aca.

Sopir ojek lain, Iwan (50), yang suka memangkal di Pasar Palsigunung, mengaku tidak mau ikut-ikutan antre BBM menjelang kenaikan harga. Menurutnya, percuma saja.

"Antre 30 menit cuma buat hemat Rp 2.000, kaki pegal-pegal, ngapain? Ya hari ini saja dinaikkan," kata Iwan.

Lagi pula, Iwan sangat memaklumi kenaikan harga BBM ini. Menurutnya, kenaikan harga BBM ini bisa mengurangi penyelundupan yang dilakukan mafia migas.

"Ya biar aja naik. Wajar. Kalau harga naik kan mafia-mafia migas yang suka menyelundupkan itu berkurang. Kalau harganya sama, kan nggak ada selisihnya, jadi penyelundupan berkurang. Selama ini kan mafia-mafia migas itu yang memanfaatkan BBM subsidi," tutur Iwan.

Padahal pada Senin (17/11/2014) malam lalu, SPBU di Jalan M Jasin dekat Komplek Brimob, Kelapa Dua dan di Jalan Raya Bogor, Cimanggis, mengular mobil-mobil yang antre, juga sepeda motor.

Bagaimana dengan sopir Mikrolet? Ternyata ada yang memilih pasrah seperti Kirman (40), sopir Mikrolet 129 jurusan Pasar Minggu-Mekarsari Depok.

"Ya kalau mau memberi lebih ya nggak apa-apa. Sopirnya tekor dululah," tutur mantan pengemudi taksi dari perusahaan taksi terkemuka yang beralih profesi jadi pemilik dan sopir angkot ini.

Bahkan, saat Kirman meminta penumpang untuk menambahi ongkos, ada penumpang yang marah sambil melempar koin Rp 500 ke arahnya. "Ya sudah nggak usah!" teriak penumpang itu ke arah Kirman.

Kirman pun hanya tertawa kecil. "Ya bagaimana mau naik nanti? Sekarang aja dia udah ngambek," tuturnya.

Namun, dia tetap optimis dan bersyukur, cicilan mobil Toyota Kijang bekas yang dibelinya beberapa tahun lalu sebesar Rp 3,3 juta per bulan bisa ditutupnya dari hasil mengusahakan mobil Mikroletnya.

"Ya Alhamdulillah nutup sih tiap bulan Rp 3,3 juta. Ya kalau nggak nutup ya udah, nanti diambil lagi sama leasingnya," tutur ayah beranak 8 ini, santai seakan tanpa beban.

Saat detikcom turun di Pasar Minggu, tarif penuh Pasar Palsigunung-Depok ke Pasar Minggu yang biasanya Rp 5.000 tak mengalami kenaikan. Meski detikcom memberikan Rp 10 ribu, Kirman tetap mengembalikan Rp 5.000.

Beda lagi dengan Metro Mini 75 rute Pasar Minggu-Blok M. Tanpa ba-bi-bu, saat detikcom turun memberikan selembar uang Rp 5.000 yang biasanya dikembalikan dengan uang lembaran Rp 2.000, hari ini hanya dikembalikan Rp 1.000.

(nwk/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads