Kepala Satuan (kasat) Brimob Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol Henny Sulistya menyatakan, Pakaian Dinas Lapangan (PDL) loreng tidak digunakan untuk anggota korps baret biru di Jakarta dan sekitarnya.
"Kalau di Jakarta, tidak lah. Dipakainya kalau di Jakarta pas ada upacara hari-hari kebesaran saja. Kalau sehari-hari dinas, pakai PDL yang biasanya saja," ujar Henny saat berbincang dengan detikcom, Minggu (16/11/2014).
Hanny menambahkan, sekalipun untuk penanganan unjuk rasa anarkis di wilayah Jakarta, seragam PDL Brimob motif loreng ini tidak akan dipakai. Untuk diketahui, Brimob memiliki 3 jenis PDL selain PDL loreng yang lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Henny menjelaskan, seragam loreng Brimob hanya digunakan pada saat upacara hari-hari kebesaran dan tidak dipakai di lapangan. Seragam PDL loreng hanya dikhususkan untuk anggota yang ditugaskan di darah-daerah konflik sebagai kamuflase.
"Soal PDL loreng ini, Kapolri hanya menekankan kepada nilai historisnya, sehingga kemarin pas upacara peringatan HUT Briomob ini dipakai, biar ada nilai historisnya, biar tidak terlupakan sejarahnya,"
Menurut Henny, seragam loreng tersebut tidak lepas dari sejarah pembentukan Brimob pada awal pembetukannya 14 Desember 1945 lalu. Brimob yang saat itu bernama Tokubetsu Keisatsutasi yang ikut melucuti tentara Jepang pada saat penjajahan.
"Kemudian peristiwa 10 November di Surabaya, Brimob juga kan saat itu sebagai pasukan istimewa menjadi bagian sejarah di dalamnya. Nilai-nilai ini yang ingin dipertahankan," pungkasnya.
(mei/ahy)