Persahabatan Singapura dan Indonesia Lewat Social Enterpreneur

Laporan dari Singapura

Persahabatan Singapura dan Indonesia Lewat Social Enterpreneur

- detikNews
Minggu, 16 Nov 2014 08:45 WIB
Jakarta - Apa yang terjadi di Indonesia pasti akan menjadi perhatian Singapura. Hal ini karena secara geografi kedua negara bertetangga dan secara politik, keduanya saling terkait. Tidak hanya soal politik namun Singapura mencoba menjalin hubungan soft diplomasi dengan Indonesia melalui gerakan social enterpreneur.

"8 Tahun yang lalu di Singapura orang tua tak akan mau anaknya menjadi enterpreneur tapi kini, orang tua akan mendukung penuh bila anaknya ingin menjadi enterpeneur," kata Kepala Singapura International Foundation Elim Chew usai acaraa Young Social Enterpreneur di Suntec Singapore and Exibition Centre, Singapura, Sabtu (15/11/2014).

SIF secara rutin menyelenggarakan Young Social Enterpreneurβ€Ž (YSE) untuk mengundang anak muda yang memiliki ide sosial dan produknya potensil untuk bisnis global. Syaratnya, ide tersebut haruslah bersifat sustainable dan bisa memberi dampak positif untuk lingkungan dan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat acara ini juga, komunitas-komunitas di Singapura mencoba menyampaikan sisi lain dari negara singa ini yang selama ini dikenal sebagai negara yang ketat dengan berbagai aturan dan denda. β€ŽMereka ingin memperlihatkan keramaian warga serta gerakan sosial yang dilakukan komunitas-komunitas mereka.

Selama 8 bulan, para socialpreneurβ€Ž dari berbagai negara di Asia Tenggara bertemu secara berkala untuk mempresentasikan ide mereka, berkonsultasi dengan para mentor, berkunjung ke salah satu negara dan menyempurnakan ide dan produk mereka. Tahun ini, dari puluhan aplikasi, 11 kelompok dipilih menjadi finalis menjalani penjurian dan akan memperebutkan hadiah S$ 10 ribu untuk mengembangkan usaha mereka.

"Dulu, pihak bank sangat sulit untuk membantu para wirausahawan. Namun kini salah satu bank kini menjadi sponsor kami. Terlebih saat presiden kami menyatakan dukungannya pada gerakan ini," ujar Elim.

11 β€Žkelompok ini memamerkan hasil karya mereka dalam rangkaian acara penutupan YSE 2014 kemarin. Mereka menjelaskan produk dan visi mereka pada para undangan yang sebagian besar adalah social preneur dari berbagai kalangan dan jurnalis. Namun, tak hanya peserta, 2 pemenang YSE 2013 juga memamerkan ide mereka yang salah satunya berasal dari Indonesia yakni Agrisocio yang memperkenalkan pola bercocok tanam organik pada petani di Bogor serta. Mengolahnya menjadi produk premium.

Di antara 11 orang finalis, 1 kelompok berasal dari Indonesia tempatnya Semarang, Jawa Tengah. Mereka menamakan diri 'hejo' dengan jenis usaha pupuk organik cair. Agar lebih mewakili para petani, ketiga mahasiswa Undip ini menggunakan topi caping saat pameran.

Ide awal 3 produk ini karena jumlah sampah organik di Semarang mencapai puluhan ton setiap hari. Agar sampah-sampah itu lebih memiliki nilai guna dan membantu masyarakat, sampah-sampah itu diolah dengan menggunakan urine sapi dan sejumlah pengelolaan hingga menjadi pupuk cair.

"Pupuk yang cair akan lebih mudah menyerap ke tanah dan akan meningkatkan unsur hara tanah. Yang terpenting akan mengurangi sampah sayuran dan organik lainnya secara signifikan di Semarang," ujar salah satu anggota Hejo, Rhevi Dayana (20)

Peserta lainnya berasal dari Kamboja, Malaysia, India, Thailandβ€Ž, Korea Selatan dan Singapura sendiri. Mereka bertukar pengalaman, saling membantu pola bisnis dan berbagai hal positif lainnya.

Banyak ide unik dalam acara ini seperti Eden dari Korea Selatan. Kelompok ini mengembangkan cara merawat tanaman dalam wadah sederhana dan memiliki wadah air sendiri sehingga pemiliknya bisa mengetahui kapan perlu menambah air lagi.

Ide ini lahir dari semakin kurangnya ruang terbuka hijau di Korea Selatan. Namun, lebih dari itu kelompok ini membawa misi diplomasi antara Korea Selatan dan tetangganya Korea Utara yang selama ini kerap bersitegang melalui tanaman. Mereka mempekerjakan orang-orang Korea Utara yang dimiskinkan dan terasing di Korea Selatan.

Setelah melewati masa penjurian dan presentasi, saat yang ditunggu-tunggu tiba untuk mengetahui siapa pemenangnya. Namun, dalam kompetisi ini tak hanya 1 yang jadi pemenang tetapi 4.

Terpilihlah 4 pemenang. Yakni Jugnuu dari India yang ingin mengajar bahasa Inggris untuk kalangan bawah di India melalui aplikasi ponsel, Local Alike dari Thailand yang ingin mengembangkan potensi komunitas tradisional dalam produk wisata.

2 pemenang lainnya yakni Society Staples dari Singapura yang ingin membuat gym yang bisa dikunjungi kaum disabilitas dan Eden dari Korea Selatan yang membangun diplomas Korsel dan Korut melalui tanaman.

Para pemenang mendapatkan hadiah S$ 10 ribu dan kesempatan mentoring untuk mengembangkan usaha mereka. Meski tak menang dalam kompetisi, kontestan dari Indonesia berjanji akan tetap β€Žmelanjutkan penelitian untuk menyempurnakan produk mereka.

"Kami pasti akan tetap melanjutkan penyempurnaan produk sampai layak digunakan para petani," ujar Rheva.

Tahun lalu, AgriSocio dari Indonesia menjadi salah satu pemenang. Kelompok ini sekarang sudah berbentuk perseroan terbatas (PT) dan berkantor di Bogor. Mereka juga sudah membuat 3 produk premium seperti minuman penghangat Indo Rempah dan kue yang bebas kadungan gluten. Yang membuat kelompok ini spesial karena kelompok ini menjadi salah satu bentuk kerjasama Indonesia dan Singapura dalam pengembangan sosial enterpreneur di Indonesia.

Salah satu anggota kelompok mereka Syakir adalah orang Singapura dan rival Alif saat mengikuti YSE tahun lalu. Syakir bertugas sebagai marketing untuk memperkenalkan produk perusahaan mereka pada investor di luar Indonesia. Ia juga bertugas mencari kesempatan untuk menjual produk itu di Singapura dan negara Asia lainnya. Mereka bekerja bersama dan saling mengadaptasi kelebihan keluarga masing-masing.

"Yang kusukai dari orang Indonesia karena mereka ramah dan sabar. Prinsip gotong royong menjadi salah satu landasan utama untuk memutus perbedaan Singapura dan Indonesia," ujar Syakir pada wartawan.

β€ŽDi Singapura yang hanya berpenduduk 5,4 juta orang ini, mereka mencoba menggiatkan organisasi yang bergerak di bidang social enterpreneur. Kepala SIF, Elim Chew menyadari bahwa kini kegiatan ini semakin diminati generasi muda sehingga membuatnya optimis dengan pengembangannya di Singapura.

Terkait dengan Indonesia, dalam banyak hal, Singapura dan Indonesia sudah menjalin kerjasama di antaranya ekonomi, infrastruktur dan teknologi. Kini, Singapore International Foundation mencoba menjalin kerja sama dua negara tetangga ini melalui bisnis social yang memungkinkan go internasional.

"Di Indonesia social enterpreneur pasti banyak hanya saja belum nampak wadah untuk menyatukan mereka semua yang berskala internasional dan memiliki gaung yang besar tapi itu berdampak positif dan saya yakin akan terus berkembang," ucap Elim

Konsep social enterpreneur pada dasarnya mengutamakan bisnis yang dijalankan tak hanya meraup untung tetapi bisa memberi dampak positif pada masyarakat. Kebanyakan penggiatnya menyasar bidang perkebunan, pendidikan, lingkungan dan langsung berinteraksi dengan masyarakat kalangan bawah untuk mengangkat.

(bil/ahy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads