Agus memperoleh gelar Phd dalam bidang Renewable Energy and Power Systems dari Department of Electrical and Computer Engineering, Curtin University, Australia. Setelah tiba di Indonesia, dosen Fakultas Teknik UGM ini mengembangkan penelitiannya dalam bidang energi baru dan terbarukan.
"Kami mengembangkan teknologi untuk kemasyarakatan, bagaimana teknologi disertakan kepada masyarakat bawah," katanya di Perpustakaan Habibie Ainun, Jl Taman Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bantuan dicuri orang saat malam, gelap gulita. Anda bisa bayangkan, masih ada orang yang memanfaatkan kondisi seperti itu untuk mencuri," tutur pria yang telah meraih berbagai penghargaan atas penelitiannya ini.
Kemudian pada tahun 2007, ia bersama mahasiswanya menerapkan Solar Water Pumping System melalui skema Kuliah Kerja Nyata UGM. Program ini diterapkan di pedesaan kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, yang mengalami kekeringan dengan kondisi daerah berupa batuan karst.
"Mahasiswa saya sempat mengeluh, merasa dilaknat karena harus tinggal 2 bulan di daerah kering dan terpelosok. Saya katakan, bagaimana dengan orang yang dari lahir hingga tua di sini. Mereka jauh lebih kasihan," ujar Agus.
Berkat kegigihannya, penerapan solar water pumping system yang didanai UNESCO tersebut berhasil diterapkan hingga saat ini. Agus ingin terus mengembangkan penelitian-penelitiannya di bidang renewable energy untuk diterapkan dalam pembangunan di Indonesia.
Namun hingga saat ini, proyek semacam itu masih belum dapat terlaksana seutuhnya, salah satunya karena kendala biaya. "Kalau energinya kami sesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Karena Indonesia ini kaya energi," tutup bapak 4 anak ini.
(kff/vid)