Ini Yang Membuat Ahok Tinggalkan Habitat Pengusaha Menjadi Politisi

Satu Jam Bersama Ahok

Ini Yang Membuat Ahok Tinggalkan Habitat Pengusaha Menjadi Politisi

- detikNews
Jumat, 07 Nov 2014 16:27 WIB
Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kini menjalani hari-harinya sebagai seorang pejabat. Sudah hampir 11 tahun sejak Ahok 'tercebur' ke dunia politik hingga saat ini menjadi Plt Gubernur di Ibu kota. Padahal pada awalnya dia beranggapan jalan itu bukanlah habitatnya.

Apa alasan Ahok memilih jalan berbeda dibanding etnis Tionghoa kebanyakan? Saat berbincang selama satu jam bersama detikcom di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (6/11/2014) kemarin, Ahok mengungkapkan apa yang membuatnya memilih jadi pejabat.

β€œAku bisa masuk jadi pejabat karena enggak sanggup lagi nolong orang sebagai pengusaha. Pepatah kuno bilang β€˜orang miskin enggak bisa lawan orang kaya, orang kaya enggak bisa menantang pejabat’. Nah kita terjepit di tengah, mau nolong orang miskin enggak bisa mau lawan pejabat enggak bisa. Tapi bapak saya bilang jadi pejabat saja deh,” kata Ahok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia terkenang saat masih berusia 30-an tahun, Ahok sempat akan berkelahi dengan seorang pejabat. Pasalnya, pabrik keluarganya yang ada di wilayah Belitung sempat ditutup pejabat tersebut, hingga Ahok hampir 'bermain tangan'.

β€œBapak saya bilang β€˜lu lupa ya pepatah kuno itu?ya jadi bangkrut lu sekarang karena lawan pejabat. Kalau mau lawan pejabat ya jadi pejabat saja, sekaligus bantu orang miskin’. Waktu itu saya berpikir ngapain jadi pejabat, bukan habitat kita,” kenang Ahok.

Ayah tiga anak ini melanjutkan, setelah ayahnya meninggal, dia makin menghadapi banyak tekanan di dunia usaha. Sejak 2003 dia memutuskan masuk politik. Namun Ahok mengaku sempat ingin berhenti sebagai pejabat. Menurutnya menjadi seorang bos jauh lebih enak daripada sekarang.

β€œJadi bos lebih enak, jam 8-9 pagi masih di kolam renang makan mi, nongkrong di sport club, ngobrol-ngobrol dapat duit. Dengar-dengarin ada peluang bisnis nih, kan cuma gitu doang kan. Ngapain gua mesti pusing dan bangun pagi-pagi. Paling sengsara itu hidup yang mesti bangun subuh-subuh,” tuturnya dengan mimik serius.

β€œTapi kalau gitu (jadi bos) kita enggak bisa bantu orang miskin dan bantu orang yang dizalimi. Sekarang betapa banyak orang yang enggak bisa menyuarakan hak dia. Siapa yang bisa menyuarakannya? Ya pejabat! Filosofi Tiongkok, yang paling mulia itu jadi pejabat,” kata dia dengan penuh semangat.

(ros/rmd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads