Mahfud (42) selalu beraksi dengan gestur kocak saat mengatur lalu lintas (lalin) setiap pagi di pertigaan Jalan Juanda, dekat Hotel Salak, Kota Bogor, Jawa Barat. Mengatur lalin dengan sukarela alias tak ada bayaran tetap. Namun, ada saja rezeki yang diterima Mahfud.
"Rata-rata minimal Rp 50 ribu. Bahkan kadang-kadang dapat uang dari orang yang nazar, pernah sampai Rp 500 ribu. Kadang ada orang baik ngasih Rp 100 ribu," tutur Mahfud saat ditemui detikcom usai mengatur lalu lintas pukul 12.00 WIB, Rabu (5/11/2014).
Buah rezeki itu tentu tak serta merta dipanen Mahfud. Mahfud menanamnya dari jatuh bangun kehidupannya dulu, mulai dari putus sekolah saat kelas 5 SD atau saat usianya 11 tahun karena tak ada biaya, dia langsung akrab dengan kehidupan pasar. Menjadi kuli angkut hingga berjualan rokok dan permen keliling di Pasar Anyar, Bogor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tahun 2004 atau saat dia mangkal di pertigaan Warung Jambu, Mahfud diberi seragam oleh Polresta Bogor yang simpatik akan aksinya. Mahfud juga meminta izin untuk mengenakan seragam itu karena memakai emblem Polresta Bogor.
"Tahun 2004-2005 kan sering banyak razia preman, karena 'Pak Ogah' dianggap preman, resek, suka memaksa meminta uang. Makanya disarankan supaya tidak diangkut razia, beli baju seragam. Awalnya dibuatin dan dikasih polisi tahun 2004, saat baru-barunya di Warung Jambu," tutur Mahfud yang mengaku lebih percaya diri saat diizinkan memakai seragam informal ini.
Rezeki menjadi relawan ini untuk memberi makan seorang istri dan 4 putranya. Anak Mahfud yang sulung mulai menginjak bangku SMK, kemudian SMP hingga putra bungsunya yang kini kelas 3 SD.
Perjuangan Mahfud tiap hari sejatinya tak dimulai pukul 08.00 WIB di jalanan, melainkan dari rumah. Mahfud bangun sejak sebelum subuh, membantu istrinya menyiapkan dagangan. Sang istri, menopang kebutuhan rumah tangga dengan berjualan nasi uduk dan gorengan.
"Ya tentunya nggak cuma mengandalkan dari sini (relawan pengatur lalin) ya. Di rumah juga istri saya dagang nasi kalau pagi. Ya uangnya juga buat tambah-tambah usaha istri. Nanti hasilnya buat anak-anak," kata warga Desa Cijujung, Sukaraja, Kabupaten Bogor ini.
Meski tak tentu penghasilan tiap harinya, Mahfud percaya rezeki Tuhan tak pernah tertukar, apalagi bila dirinya selalu berikhtiar. Dia berharap suatu saat taraf hidupnya meningkat, terpenting, anak-anaknya tak putus sekolah seperti dirinya.
"Ya nggak mau lah terus begini, saya kan makin lama makin tua. Pengennya sih usaha kalau ada modal," kata pria dengan prinsip hidup 'Usholi' alias usaha dan olahraga tersebut.
Kini Mahfud cukup dikenal sebagai relawan pengatur lalu lintas di kawasan pertigaan Jalan Juanda, Kota Bogor. Aksinya yang unik, mengatur lalu lintas dengan gestur kocak membuat lalu lintas lancar hingga menghibur para penggguna jalan. Menghibur orang sambil mengatur lalu lintas ini juga dipercaya Mahfud adalah bentuk bibit baik yang ditanamnya, dan akan kembali berbuah baik kepadanya.
"Saya begitu (mengatur lalin dengan gestur kocak) untuk saya pribadi. Kalau kerja senang, seberat apapun beban kita jadi ngga terasa. Hutang banyak jadi lupa, anak belum bayar sekolah jadi lupa, ya walaupun sementara," tutur Mahfud dengan tawa berderai.
(nwk/rvk)