Peristiwa mutilasi 2 TKI asal Indonesia di Hongkong menarik simpati berbagai kalangan termasuk sesama para TKI. Indonesian Migrant Workers Union (IMWU) yang berada di Hongkong dan Jaringan Buruh Migrn Indonesia (JBMI) menghimpun penggalangan dana dari para TKI untuk membantu keluarga Sumarti Ningsih (23) dan Seneng Mujiasih korban mutilasi di Hongkong.
"Teman-teman di Hongkong mengadakan penggalangan dana dan akan kita berikan ke keluarga, ini baru sebagian dan kita tetap akan terus lakukan penggalangan dana sampai jenazah dipulangkan," kata Sumiyati, Perwakilan JBMI wilayah Cilacap saat berbincang dengan detikcom usai menemui keluarga Sumarti, Rabu (5/11/2014).
Menurut dia, selain memberikan bantuan dana, kedatangan dirinya ke rumah keluarga Sumarti juga untuk menenangkan orang tua Sumarti terkait kabar miring yang selama ini berkembang. Dia meminta masyarakat jangan melihat dari luarnya saja, tapi yang dilihat kejahatan yang sudah dilakukan pelaku terhadap Sumarti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, pihaknya terus memantau setiap saat keadaan Jenazah Sumarti di Hongkong, selain itu pihaknya juga akan memastikan jika jenazah akan segera dipulangkan ke Indonesia.
"Kami terus memantau jenazah setiap saat, dan kita memastikan jenazah dapat dipulangkan," ujarnya.
Selain memantau jenazah Sumarti di Hongkong, pihaknya juga akan terus mengawal proses hukum yang saat ini sudah mulai berjalan. "Teman-teman disana akan terus memantau, termasuk proses hukum kasus ini. Kalau bisa diberi hukuman yang seberat-beratnya," ujarnya.
Saat disinggung kabar yang beredar mengenai aktivitas Sumarti dikalangan teman-teman di Hongkong semasa hidup, pihaknya mengatakan jika banyaknya hari libur di Hongkong membuat pihaknya tidak bisa mengawasi aktivitas semua TKI disana.
"Di Hongkong bebas, kita selalu dapat off day, mau melakukan apapun bisa, jadi banyak dari mereka bisa melakukan tindakan diluar itu dan tidak bisa diawasi," ujarnya.
Dia mengungkapkan, sebenarnya kasus kekerasan seksual terhadap para TKW di Hongkong sangat banyak, biasanya terjadi didalam rumah itu sendiri saat mereka dengan majikan. Tapi sayangnya, saat itu terjadi, mereka lebih memilih diam karena malu.
"Kalau pelecehan seksual disana banyak dan tinggi, didalam rumah tempat mereka kerja tinggal bersama majkan, tapi saat pelecehan terjadi mereka lebih banyak berdiam diri karena malu, bahkan kebanyakan dari mereka melarikan diri dan bingung larinya kemana, ujung-ujungnya lari ke agen yang mengirim mereka," jelasnya.
Saat mereka lari dan menemui agen penyalur, permasalahan tidak akan selesai, karena agen tetap akan mencari manjikan lain dan jarang pernah melaporkan tindakan majikan yang sudah melakukan pelecehan ke pihak berwajib. Maka dari itu perlunya para TKI di luar negeri berorganisasi agar dapat dibantu oleh teman-teman ketika mengalami permasalahan.
"PJTKI perlu mensosialisasikan (ke TKI) kalau terjadi sesuatu jangan lari ke agen, tapi ke kawan-kawan di organisasi, dari situ akan dibantu dan ditolong permasalahan yang terjadi," ungkapnya.
(arb/bil)











































