"Di sini ada yang suka pakai tasbih?" tanya Khofifah kepada seratusan penghuni panti yang hadir di PSBL Budi Luhur, di Jalan Ahmad Yani, Guntung Payung, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (5/11/2014).
Ada sekitar 15 orang yang tunjuk tangan. Entah itu jawaban benar atau hanya sekadar ikut-ikutan rekannya. Karena awalnya hanya 2 orang yang tunjuk tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya Khofifah memutuskan untuk merogoh koceknya sendiri. "Sepulang dari sini nanti saya belanja tasbih. Enggak ada urusannya sama APBN," cetusnya.
Di depan penghuni panti Khofifah juga menjanjikan pengurusan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
"Kita akan perbaiki datanya dulu. Januari 2015 akan ada validasi data bagi penerima," ungkapnya.
Kepala Seksi Bidang Advokasi Sosial PSBL Budi Luhur Nursoleh menuturkan, panti ini memiliki luas sekitar 3 hektar. Kapasitas maksimal yang bisa ditampung yaitu 100 orang.
"Mereka yang berada di sini merupakan yang menderita gangguan kejiwaan ringan dan sedang, atau mereka yang telah selesai menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa," jelas Nursoleh, Rabu (5/11).
Setiap tahun, Kementerian Sosial mengucurkan dana Rp 6-7 miliar ke panti sosial ini agar tetap bisa beroperasi. Uang sejumlah itu untuk membiayai kebutuhan sehari-hari penghuni panti, membayar tenaga dokter atau psikiater, serta memenuhi kebutuhan panti lainnya.
(rna/rmd)