KJRI Hong Kong memastikan korban kedua yang bernama Jesse Lorena Ruri adalah WNI dengan nama yang tertera di paspor adalah Seneng Mujiasih. Seneng Mujiasih berasal dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Konfirmasi data itu ditelusuri KJRI Hong Kong yang melakukan pertemuan dengan Kepolisian Hong Kong pagi ini untuk mengklarifikasi identitas korban kedua dari pembunuhan bankir Inggris, Rurik Jutting (29).
"Berdasarkan data yang kami miliki, kebetulan di Hong Kong korban memiliki saudara yang sedang bekerja di Hong Kong dan menyerahkan dokumen perjalanan pada kita. Atas dasar itu, kami lakukan pencocokan pihak Kepolisian Hong Kong kesamaan data yang ada sehingga bisa dikonfirmasi korban kedua bernama Seneng Mujiasih," ujar Wakil Konsulat Jenderal RI Hong Kong, Rafail, menjawab pertanyaan detikcom atas identitas WNI Seneng Mujiasih, Selasa (4/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan alamat yang kita terima, berasal dari Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Itu alamat yang tertera di dalam paspor," jelas Rafail.
Keluarga Seneng Mujiasih di Muna, imbuhnya, sudah dihubungi Kemlu. Kemlu akan mengklarifikasi identitas Seneng Mujiasih pada keluarga dan pembicaraan tentang jenazah.
"Dan saat ini Kemlu bergerak untuk melakukan pembicaraan dan klarifikasi. Kedua jenasah saat ini masih disimpan di Rumah Penyimpanan Jenazah Victoria Hong Kong. Kami masih menunggu konfirmasi dari keluarga. Kami juga terus melakukan koordinasi dengan Kepolisian Hong Kong untuk penanganan jenazah selanjutnya. Untuk pelaku, kami serahkan pada Kepolisian Hong Kong," tutup Rafail.
Jutting membunuh Seneng pada 1 November setelah membunuh Sumarti Ningsih pada 27 Oktober. Jutting telah muncul di pengadilan pada Senin kemarin untuk mendengarkan dakwaan.
Sebelumnya seperti dilansir BBC Indonesia, seorang mantan tenaga kerja wanita mengaku mengenal Jesse.
"Nama yang tertera pada paspor Jesse adalah Seneng Mujiasih. Keluarganya berasal dari Jawa, namun sudah lama menetap di Sulawesi," kata Catlea Nissa Salsabilla kepada Jerome Wirawan.
Catlea mengaku terakhir kali menjalin kontak dengan Jesse pada Jumat (31/10) lalu melalui layanan pesan instan. Dalam rekaman percakapan yang diterima BBC Indonesia, Jesse - seperti dikutip Catlea- mengatakan belum mau pulang ke Indonesia karena masih mengumpulkan uang untuk pembangunan rumah ibunya.
Catlea mengenal Jesse sewaktu mereka sama-sama bekerja di Hong Kong dengan status ilegal. Visa bekerja keduanya saat itu telah lewat masa berlakunya.
"Saat pertama saya mengenal Jesse dia telah bekerja seperti itu (pekerja seks komersial). Dulunya dia asisten rumah tangga, sama seperti saya,β kata Catlea yang sekarang tinggal di Bali.
(nwk/nrl)