Rencana pembangunan gedung baru DPR itu pernah muncul pada tahun 2010 silam. Biaya yang dibutuhkan fantastis yaitu senilai Rp 1,8 triliun atau Rp 10,9 juta per meter perseginya. Tak tanggung-tanggung, berbagai macam fasilitas pun disediakan untuk anggota dewan di Senayan tersebut, mulai dari kolam renang hingga spa.
Wacana pembangunan berawal dari laporan Kementerian PU yang menyebutkan bahwa Gedung Nusantara I mengalami kemiringan 7 derajat, meski kemudian Kementerian PU membantah pernah melaporkan hal tersebut. Anggota dewan tetap bersikukuh kemiringan itu ada dan rencana pembangunan harus jalan terus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana ini menimbulkan polemik. Pada saat itu, gelombang kecaman akan rencana pembangunan gedung baru DPR ini muncul dari berbagai pihak. Masyarakat meminta rencana tersebut dihentikan. Tak hanya itu saja, penolakan ternyata juga muncul dari anggota dewan.
Protes semakin masif. Rencana pembangunan gedung baru itu pun akhirnya dibatalkan. Setelah pembatalan ini, sebagian dari anggaran dikembalikan ke kas negara sebanyak Rp 620 miliar. Sementara sisanya masuk ke anggaran tambahan DPR.
Namun, diketahui anggaran tersebut tidak dikembalikan pada kas negara namun dialihkan dalam bentuk pagu anggaran perawatan gedung sebesar Rp 500 miliar.
Kini, anggota DPR periode 2014-2019 yang baru dilantik satu bulan kembali memunculkan wacana tersebut. Politikus Golkar Roem Kono yang baru terpilih sebagai Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR mengungkapkan niatnya itu usai meninjau beberapa sudut Gedung DPR.
Roem menilai ruangan-ruangan di DPR sudah terlalu sempit dan tidak layak lagi. Menurut Wasekjen Golkar ini, tiap anggota idealnya memiliki ruang kerja 160 meter persegi per orang. Ruangan-ruangan juga dianggap sempit sehingga perlu ditambah.
"Menambah ruangan kan harus membangun, masa cuma patok-patok saja hehe," kata Roem saat dipastikan apakah ia berencana membangun gedung baru, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2014).
(imk/kha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini