"Saya ketemu sesmen dan teman-teman Deputi ditanya apakah saya memanggil 'Ibu' atau 'Mbak' karena saya di mana-mana dipanggil 'Mbak'," tutur Puan di Ruang Rapat lantai 7 Kemenko Kesra, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (28/10/2014).
"Tapi kalau 'mbak' terus nanti dipikirnya masih lebih muda karena persepsi orang yang lebih muda tidak bisa bekerja dan berprestasi, padahal kita tidak semestinya membedakan," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau boleh di acara resmi dipanggil 'Ibu Menko', tapi kalau acara tidak resmi dipanggil 'mbak'. Kalau tidak (dipanggil 'mbak') nanti saya kelihatan tua," kata Puan sambil tertawa kecil.
Mendengar itu, hadirin yang berada di ruangan pun ikut tertawa kecil. Mantan Menko Kesra Agung Laksono pun sempat bercanda saat memperkenalkan Puan kepada seluruh jajaran kantornya.
Agung mengatakan sempat takjub pengganti dirinya di kementerian adalah seorang perempuan muda sepantaran anaknya.
"Mbak Puan selamat datang. Kenapa saya manggil 'mbak' karena umurnya nggak beda jauh dari puteri saya," terang Agung yang diikuti senyum simpul Puan di sampingnya.
Baik Agung maupun Puan meminta kepada seluruh jajaran staf Kemenko PMK untuk dapat bekerjasama dengan sebaik-baiknya.
"Tanpa didukung tidak bisa menghasilkan keputusan dalam membangun bangsa ini. Oleh karena itu seluruh jajaran Kemenko PMK dukung apa yang jadi perintah dan kebijakan Menko PMK. Apapun yang kita kerjakan akan jadi hasil kantor Menko PMK," kata Puan yang mengenakan terusan batik berwarna cokelat itu.
Fenomena berbeda terjadi di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Susi Pudjiastuti tak mau dipanggil menteri. Begitu pun juga Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Mendagri Tjahjo Kumolo.
(aws/mad)











































