Mereka yang Menolak Dipanggil 'Pak dan Bu Menteri'

Mereka yang Menolak Dipanggil 'Pak dan Bu Menteri'

- detikNews
Selasa, 28 Okt 2014 11:08 WIB
Mereka yang Menolak Dipanggil Pak dan Bu Menteri
Jakarta -

'Pak Menteri dan Bu Menteri'. Panggilan itu ditanggalkan oleh beberapa menteri Presiden Joko Widodo. Mereka hanya ingin dipanggil dengan sebutan namanya tanpa embel-embel menteri.

Kabinet Kerja Jokowi diisi figur-figur menteri yang mumpuni dan juga sederhana. Beberapa pembantu Presiden Jokowi ini menolak dipanggil Bapak dan Ibu menteri. Mereka pun mengutarakan alasannya.

Mendagri Tjahjo Kumolo meminta agar anak buahnya memanggilnya dengan sebutan Pak atau Mas Tjahjo. Pria yang menjabat Sekjen PDIP ini menganggap segenap jajarannya adalah keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keinginan serupa juga dilontarkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, ini tegas meminta karyawannya tidak memanggilnya Bu Menteri.

Demikian pula dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel. Pria yang juga pengusaha ini lebih senang dipanggil namanya ketimbang dipanggil sebagai menteri. Ia juga mengatakan nama Rachmat juga punya arti yang positif sesuai Islam.


Berikut 3 menteri Jokowi yang menolak dipanggil 'Pak dan Bu Menteri':

1. Mas Tjahjo

Tjahjo Kumolo resmi dilantik menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Saat bertugas, Sekjen PDIP ini tidak ingin diperlakukan terlalu resmi.

"Saya tidak ingin terlalu resmi, tidak ingin pakai voorijder, kecuali ada acara penting waktu mepet dan harus cepat. Mobil dinas saya titipkan di sini (Kantor Kemendagri)," kata Tjahjo di depan eselon 1 Kemendagri di Ruang Sidang Utama, Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (27/10/2014).

Tjahjo mengatakan semua jajarannya adalah keluarga. Ia juga enggan dipanggil Pak Menteri.

"Kita satu keluarga. Saya tidak usah dipanggil Pak Menteri, Pak Tjahjo saja atau Mas Tjahjo," terangnya.

"Saya tidak perlu ajudan dan pengawalan tidak perlu," sambungnya.

2. Ibu Susi

Usai melakukan sidak di Gedung Mina Bahari, kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selama 45 menit, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menggelar rapat pimpinan (rapim) dengan para pejabat eselon I KKP. Rapat kali ini hanya sebatas koordinasi dengan seluruh pejabat di lingkup KKP.

"Ibu mau rapat dulu," ungkap Sekretaris Jenderal KKP Syarief Widjaja, Selasa (28/10/2014).

Rapat perdana Susi sebagai menteri dihadiri oleh Dirjen Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan (P2HP) Saut P Hutagalung, Dirjen Perikanan Tangkap Gellwyn Yusuf, Dirjen PSDKP Asep, Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dan para pejabat eselon I KKP lainnya.

Sebelum rapim, Susi melakukan sidak ke seluruh ruang kerja KKP di Gedung Mina Bahari. Bahkan Susi harus turun-naik tangga dari lantai 1 hingga 7.

Di seluruh ruang kerja KKP, Susi punya permintaan khusus kepada seluruh pegawai negeri sipil (PNS) KKP. "Tolong jangan panggil saya ibu menteri," katanya.

Kemudian di ruang kerja khusus Susi di lantai 7, ia meminta protokoler KKP memasang peta wilayah Indonesia. Pemasangan peta dilakukan agar ia tahu berapa besar luas laut Indonesia dan memudahkan koordinasi saat kerja lapangan dilakukan.

"Saya minta nanti di sini ada peta Jawa, Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB. Saya minta petanya begitu. Biar kita lihat setiap hari begitu dan lebih mudah bagi saya memantau wilayah Indonesia," kata Susi.

3. Pak Rachmat

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel punya permintaan khusus kepada seluruh pejabat eselon dan pegawai kementerian perdagangan (Kemendag). Rachmat Gobel yang juga pengusaha ini tak mau dipanggil sebagai seorang menteri.

"Begitu masuk dan rapat pertama kali tadi dengan keluarga besar Kemendag, semua pejabat eselon panggil saya Pak Menteri, kok saya agak bingung saja. Lebih baik panggil saya Pak Rachmat jangan Pak menteri," kata Rachmat Gobel usai serah terima jabatan di Auditorium Utama Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Senin (27/10/2014).

Menurutnya memanggil namanya jauh lebih baik dan sederhana dibandingkan bila dipanggil sebagai menteri. Ia juga mengatakan nama Rachmat juga punya arti yang positif sesuai Islam.

"Kalau mau salat kan semua orang bilang, berikanlah rahmatmu ya Allah. Itu kan baik. Jadi ini arahan kepada pejabat eselon panggil saya Pak Rachmat bukan pak menteri," imbuhnya.

Saat menjabat sebagai Mendag, Rachmat mengaku bingung, karena selama ini pola hidup sebagai pengusaha yang biasanya bebas dan tanpa aturan. Setelah menjadi menteri, justru diatur cukup ketat oleh protokoler kementerian perdagangan.

"Pagi tadi saya bangun dibangunin istri saya. Kata istri saya, bangun mandi dan cepat berangkat, sekarang kan sudah jadi menteri. Lalu setelah itu dijemput protokol saya jadi agak bingung sekarang," keluhnya.
Halaman 2 dari 4
(aan/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads