Gayatri Wailisa mengembuskan nafas terakhir tadi malam. Gadis remaja yang menguasai 14 bahasa ini meninggal akibat pendarahan otak saat sedang olah raga. Mega, salah satu sahabat dekat Gayatri, mengisahkan kenangan yang pernah dilalui bersama.
Mega bersahabat dengan Gayatri saat duduk di bangku SMP di Ambon. Meski Mega adik kelas, namun mereka sering curhat dan jalan bersama.
"Kami bersahabat 3 orang, Tyas, aku dan Gayatri. Waktu aku masih di Ambon kami sering curhat-curhatan," kata Mega saat melayat jenazah Gayatri di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia memotivasi saya. Dia yang selalu bilang walaupun hidup dalam keterbelakangan, kita bisa, kita mampu," ucap Mega sambil mengusap air matanya.
Menurut Mega, pernah suatu hari Gayatri harus mengalami hal yang tak menyenangkan di sekolah. Saat masuk ke ruang kelas, tiba-tiba Gayatri tidak menemukan kursinya. Beberapa teman Gayatri sengaja mengerjainya dengan menyembunyikan kursi itu.
"Pas SMP pernah dikucilkan, kursinya enggak ada, dihilangin sama temannya. Dia mau duduk nggak ada, akhirnya dia cari kursi di kelas lain, terus seret-seret kursi," cerita Mega.
Menurutnya, teman-teman sekolah Gayatri saat SMP hanya memanfaatkan kecerdasannya. "Saat itu di tempat saya, orang kaya mainnya sama orang kaya, orang bawah mainnya sama orang bawah. Dia sering cuma dimanfaatin, dibilang kalkulator berjalan," ungkap Mega.
Namun di balik itu semua, Mega bangga karena sahabatnya sangat cerdas. Bahkan saat keduanya mengobrol jarang menggunakan bahasa Indonesia.
"Kami pakai bahasa Inggris. Gayatri sering ngomong di depan kaca sendiri, ngelatih mimik, dia kan dia ibaratnya kayak public speaker gitu,"katanya.
Mega kaget dan tak menyangka sahabatnya meninggal secepat itu. Menurutnya sejak kenal dengan Gayatri, tidak pernah sekalipun Gayatri sakit parah.
"Dia sama sekali enggak ada penyakit. Setahu saya dari saya temanan sama dia nggak pernah ngeluh sakit. Saya kaget banget tadi malam tahu,' ujarnya.
Gayatri menguasai 9-14 bahasa asing. Dia masuk kategori Polyglot yaitu orang yang menguasai lebih dari 4 bahasa. Dia berada di Jakarta untuk menembus tes agar bisa masuk ke jurusan Hubungan Internasional, sehingga bisa mewujudkan cita-citanya sebagai diplomat.
(slm/nrl)