Cerita Suka Duka Mayjen Agus Sutomo Saat Jadi Danjen Kopassus

Cerita Suka Duka Mayjen Agus Sutomo Saat Jadi Danjen Kopassus

- detikNews
Jumat, 24 Okt 2014 12:35 WIB
Mayjen Agus Sutomo (Foto: Yoga/detik)
Jakarta - Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutomo punya cerita dan pengalaman yang tidak bisa dilupakan ketika menjadi Komandan Jenderal Kopassus. Selama dua tahun lebih menjadi Danjen Kopassus, Agus mengenang perjuangan di barisan prajurit baret merah.

"Prajurit Kopassus itu aset negara, prajurit terpilih. Mereka punya kemampuan penggandaan kemampuan," kata Agus saat ditemui usai acara sertijab Danjen Kopassus di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Jumat (24/10/2014).

Dia menceritakan pengalamannya saat harus menjalani latihan fisik. Dia mesti rela bangun pagi lebih awal hanya untuk mengikuti ritme latihan prajurit Kopassus. Meski sudah berumur, dia mengaku jadi semangat karena melihat kegigihan para prajurit kopassus saat latihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu secara fisik saya mesti mengikuti kemampuan fisik mereka. Sehingga setiap kegiatan fisik dari pagi, subuh, itu juga sebagai tantangan karena saya sudah berumur. Tapi, karena para prajurit jd semangat, saya ikut semangat," kata mantan Dandampres itu.

Agus mengingatkan pentingnya peningkatan kesejahteraan prajurit Kopassus. Prajurit Kopassus juga tidak boleh putus dalam melakukan pembinaan latihannya.

"Pembinaan khusus yang berkelanjutan tidak boleh putus sehingga membutuhkan pikiran dan pengabdian serius untuk menangani prajurit Kopassus. Apalagi yang tadi disampaikan Bapak KSAD tadi, ini membuat prajurit jadi pasukan elite di dunia, dan paling elite di dunia," kata dia.

"Pimpinan Kopassus harus all out, siang malam, harus dirawat, cara perawatannya adalah dengan melakukan cara latihan yang keras dan terukur. Dan perhatikan kesejahteraannya," sebutnya.

Lantas, momen apa yang akan paling selalu dingat Agus saat menjadi Danjen Kopassus? Dia mengaku peristiwa Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, pada Maret tahun lalu adalah kejadian yang paling dingatnya.

"Cebongan. Ya, Cebongan itu kalau boleh milih, saya enggak mau terjadi. Tapi, karena terjadi kita kelola dengan baik, itu adalah risiko. Maka sebagai risiko saya selaku Danjen, risiko saya ambil sendiri. Kalau ada rezeki saya bagi-bagi. Kalau risiko saya ambil sendiri," ujarnya.

Dia berandai bila ada payung hukum yang bisa menempatkan pimpinan sebagai penanggungjawab untuk menebus kesalahan anak buahnya yang menjadi pelaku penembakan di LP Cebongan.

"Kalau boleh saya gantikan kalau ada payung hukumnya. Dan masyarakat terus mengapresiasi karena itu ada nilai pesan moral yang lebih tinggi dari pada kesalahannya," katanya.

(hat/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads