"Tamu undangan tidak diundang tapi mereka berinisiatif (untuk datang), kita dengan tangan terbuka menerima," ujar Kabag Pemberitaan dan Hubungan antar Lembaga MPR Agus Subagyo di kantornya, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakpus, Sabtu (18/10/2014) malam.
Alasan MPR tidak mengagendakan untuk mengundang perwakilan kenegaraan adalah karena kapasitas ruangan. Jika hanya mengundang beberapa negara saja, maka pertimbangannya pun akan sulit dan menjadi hal yang dilematis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akomodasi mereka sendiri karena bukan kita yang mengundang, semua dari negara masing-masing. Terserah mau berangkatnya bagaimana dan menginap di mana, biasanya rekomendasi dari pertimbangan kedubes mereka yang ada di sini," kata Agus.
Pada saat tiba di Gedung MPR/DPR untuk menghadiri acara pelantikan pada Senin (20/10/2014), para tamu kenegaraan akan disambut langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka akan datang berdasarkan urutan sesuai jadwal yang ditentukan oleh pihak protokoler.
"Tamu-tamu kenegaraan kita atur jamnya (kedatangan) supaya tidak bentrok karena akan disambut Pak SBY. Kalau menteri-menteri langsung naik ke atas," kata Sekjen MPR Eddie Siregar di lokasi yang sama.
Sekitar kurang lebih 18 tamu kenegaraan yang merupakan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan atau utusan negara akan hadir di acara pelantikan Jokowi-JK. Tamu kenegaraan yang rencanaya akan hadir adalah Menlu AS John Kerry, Menlu Inggris Phillip Hammond, Perdana Menteri Australia Tony Abbot, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Selain itu juga Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Presiden Timor Leste Xanana Gusmao, Mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukada, Gubernur Jenderal Papua Nugini Michael Ogio, dan Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov. Beberapa utusan negara sahabat lainnya yang akan hadir adalah Vietnam, China, Thailand, dan Korea Selatan.
(ear/rmd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini