Melihat Pembuatan Pisau Khas Sakai yang Super Tajam Bersama Sang Master

Laporan dari Jepang

Melihat Pembuatan Pisau Khas Sakai yang Super Tajam Bersama Sang Master

- detikNews
Kamis, 16 Okt 2014 02:49 WIB
Sakai - Salah satu yang paling terkenal dari Kota Sakai, Prefektur Osaka, Jepang adalah pisau. Pisau dapur yang digunakan untuk segala keperluan mengolah makanan ini juga biasa dijadikan oleh-oleh khas Sakai.

detikcom bersama Jurnalis Sakai Asean Week 2014 berkesempatan untuk mendatangi rumah bengkel seorang pembuat pisau ternama di Sakai. Dia adalah Keichi Fuji (66), generasi ketiga pembuat pisau Sakai, Fuji Hamono.

Di bengkelnya ini, Fuji hanya membentuk dan menajamkan pisau. Sementara penempaan besi sebagai bahan dasar pisau dilakukan di tempat yang berbeda. Jika dilihat dari luar, bengkel ini seperti rumah biasa pada umumnya di Jepang. Tapi ketika masuk ke dalam, rumah 2 lantai seluas sekitar 45 m2 ini penuh dengan peralatan pembuatan pisau. Sehingga ketika mau mondar-mandir di dalam harus hati-hati, khawatir tersandung atau tersangkut sesuatu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengolah pisau tersebut menjadi tajam, banyak tahapan yang harus dilakukan. Proses pengasahan menggunakan gerinda saja ada sekitar delapan tahap. Suara decitan mesin dan asahan pisau terdengar keras.

Gerinda yang digunakan oleh Fuji tidak hanya satu. Ada sekitar delapan gerinda yang kecepatan dan fungsinya berbeda berbeda. Semakin cepat gerinda, fungsinya semakin membuat lempengan besi baja tersebut semakin tajam dan pipih.

Fuji tampak serius mengasah pisau yang sedang dia kerjakan. Selesai satu tahap, dia pindah lagi ke gerinda yang lainnya. detikcom sempat mencoba mengasah pisau di salah satu gerinda. Kelihatannya mudah memang, tidak perlu tenaga kuat untuk menaruh lempengan baja di atas gerinda. Namun hasilnya, ketajaman pisau tidak merata. Ternyata tidak mudah, butuh ketelitian agar ketajaman pisau bisa merata dari ujung ke ujung.

Setelah melalui proses penajaman dari sejumlah gerinda, pisau sudah semakin tajam. Fuji mengingatkan untuk tidak memegang di bagian tertajam karena khawatir terluka. Untuk menguji ketajaman, Fuji sempat mengetesnya dengan secarik kertas. Srattt... secarik kertas tersebut terpotong dengan mudahnya.

Belum selesai sampai disini. Selesai diasah dan dibentuk, Fuji merendam pisau itu ke sebuah kaleng berisi minyak sekitar 3 menit. Setelah dilap dengan kain bersih, pisau kemudian dimasukan ke dalam sebuah alat untuk menyemprotkan bubuk besi. Fungsinya untuk membuat corak di badan pisau.

Sampai disini proses sudah mencapai 80 persen. Proses selanjutnya yaitu memasang gagang pisau. Untuk memasangnya, Fuji membakar ujung pisau dengan kompor hingga panas. Kemudian gagang kayu dimasukkan seperti lem yang sebagai perekat.

Setelah ujung pisau panas, Fuji memasukan gagangnya dan kemudian memalunya dengan perlahan. Selesailah sudah proses pembuatan pisau ini.

Bagi Anda yang ingin menjadikan pisau ini sebuah oleh-oleh atau kenang-kenangan bagi orang tersayang, Fuji bisa memahat bagian pisau dengan tulisan nama atau kata-kata indah.

Fuji menjelaskan, jenis pisau di Jepang tidak sama dengan pisau di China. Jika di China, satu pisau bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan. Tapi pisau Jepang, satu pisau hanya digunakan untuk satu fungsi.

"Kalau mau dipakai untuk membuat sashimi harus menggunakan pisau sashimi. Untuk buah dan sayuran juga khusus. Cara potong belut di Osaka dan Tokyo berbeda. Pisau untuk belut ada 5 macam, sebagai besar pisaunya dibuat di Kota Sakai," jelasnya.

Ada banyak macam pisau yang bisa dibuatnya. Dia menyebut ada lebih dari 200 jenis pisau yang bentuk dan fungsinya berbeda-beda.

"Kalau Anda hitung, mungkin banyak sekali. Jepang mungkin negara paling banyak jenis pisaunya," kata Fuji.

Fuji mengklaim pisaunya ini sudah banyak beredar di berbagai negara di dunia. Selain digunakan oleh chef-chef ternama, pisau yang bisa dijadikan oleh-oleh ini juga membuat kepopulerannya mendunia. Fuji menjual pisau buatannya dari harga yang termurah 3000 YEN hingga yang termahal 320.000 YEN. Wow!

"Saya tidak merasa berada di tempat yang tertinggi sebagai pembuat pisau, walaupun sudah terkenal dan disebut ahli di Sakai maupun Jepang, tapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Menurut saya tidak ada tempat berakhir, selalu mencoba yang baru, rendah hati, mendengar semua masukan, itu yang benar untuk semua tukang apa saja termasuk pisau," ungkapnya.

Sayangnya tidak ada keturunan Fuji yang ingin meneruskan bisnis keluarga ini. Sebab, satu-satunya anak lelaki Fuji berhasil mencapai pendidikan tinggi. Sehingga dia merasa jika anaknya harus meneruskan bisnis pembuatan pisau maka dia harus menggajinya dengan mahal.

"Anak tidak ada yang meneruskan, sebenarnya saya punya teman yang punya anak laki-laki. Mudah-mudahan anak itu belajar sesuatu dari dia dan belajar dari sini," tutupnya.

(mpr/kha)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads