Langkah kakinya pelan kala melewati sebuah pintu yang dijaga seorang petugas. Tangan kirinya memegang tangan kanan teman di sampingnya. Dengan mengenakan baju kurung merah dipadu jilbab dan rok hitam, gadis kelahiran 16 tahun silam itu berjalan paling depan. Di belakangnya mengekor puluhan remaja lain. Sesekali ia melempar senyum sambil mengobrol dengan orang-orang disebelahnya.
Gadis itu adalah Nurul Nadia. Pelajar kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Muara Batu Aceh Utara, Provinsi Aceh ini baru saja pulang melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi. Meski usianya masih tergolong sangat muda, Nurul sudah melaksanakan rukun Islam kelima bersama 104 anak yatim tanah Rencong lainnya. Mereka diperlakukan layaknya seorang presiden selama berada di sana.
Maklum saja mereka mendapat perlakukan sangat istimewa. Karena selain menjadi tamu Allah, Nurul bersama anak yatim Aceh lainnya merupakan tamu khusus Raja Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Aziz yang mengundang mereka untuk berhaji. Selama pelaksanaan ibadah haji berlangsung, Nurul tidak pernah merasakan panasnya negara berjulukan negeri minyak itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala melaksanakan serangkaian rukun haji, Nurul tak pernah berdesak-desakan dengan jutaan umat muslim lainnya dari seluruh dunia. Ia melakukannya dengan pengawalan ketat dari polisi. Saat wukuf di padang Arafah, Nurul melaksanakannya di dalam sebuah ruangan khusus ber AC yang disediakan untuk mereka. Ia tidak diizinkan keluar apalagi bermain di bawah sinar matahari.
Perlakuan yang sama juga didapat Nurul saat di Mina. Ia diberikan ruangan khusus lengkap dengan AC dan sejumlah fasilitas mewah lainnya. Kala melempar jumrah, rombongan Nurul dibawa dengan bus yang parkir tak jauh dari lokasi sehingga tak perlu berjalan kaki layaknya umat muslim lain. Usai itu, mereka kembali ke dalam bus dan tidak pernah berdesak-desakan dengan jamaah haji lain.
Bukan itu saja, saat melaksanakan tawaf, polisi dan protokoler kerajaan Arab setia mengawal mereka. Perlakukan itu membuat Nurul dengan mudah dapat melaksanakan semua rukun haji tanpa harus mengeluarkan keringat.
"Kami di pagar seperti bunga agar tidak ada binatang yang masuk ke dalam pagar tersebut," jelas Nurul.
Bisa melaksanakan ibadah haji layaknya seorang presiden memang tidak pernah terbayang dipikiran Nurul. Bahkan dirinya tidak menyangka bisa berhaji diusia 16 tahun. Nurul yang merupakan yatim konflik ini mendapat kabar gembira itu beberapa bulan sebelum pelaksanaan ibadah haji dimulai.
Kala itu, secara tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa kerajaan Arab Saudi mengundang yatim Aceh untuk berangkat ke tanah suci. Beberapa hari setelah berita gembira itu sampai ke telinganya, Nurul bersama puluhan yatim Aceh Utara lainnya mengikuti seleksi. Namanya kemudian keluar bersama puluhan anak lainnya yang lulus seleksi pertama.
Usai itu, Nurul mengikuti manasik haji sambil mengikuti serangkaian tes lainnya. Syarat untuk lulus seleksi memang tidak terlalu berat. Mereka diwajibkan bisa menghafal Al-Quran minimal satu juz dan 25 hadist Arbain. Dari Aceh Utara, yang diberangkat ke Arab Saudi berjumlah 73 orang. Sisanya dari Kabupaten Pidie, dan Pidie Jaya.
"Ada juga yang tidak bisa berangkat karena tidak lulus seleksi saat manasik haji," ungkap Nurul.
Mereka yang diundang untuk melaksanakan ibadah haji merupakan yatim berprestasi yang terpilih dari 2000 anak yatim yang selama ini mendapatkan bantuan beasiswa dari Raja Arab Saudi melalui Aliansi Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Banda Aceh. Raja Abdullah merupakan salah satu raja terkaya di dunia yang mendapatkan harta kekayaannya dari cadangan minyak mentah di seluruh dunia.
Sejak 2006 silam, OKI telah menyalurkan bantuan dari para donatur kepada lebih dari 13000 anak yatim di beberapa kabupaten di Aceh. Saat ini sebanyak 5310 yatim aktif menerima bantuan beasiswa saban bulan langsung ke rekening mereka. Beasiswa yang diberikan hingga mereka berumur 18 tahun bertujuan untuk membantu pendidikan, kesehatan, pembinaan kapasitas maupun ketrampilan anak-anak yang tidak lagi punya ayah.
Undangan berhaji bagi anak-anak yatim konflik dan tsunami ini merupakan kali pertama sejak pascatsunami. Sebelumnya, Raja Arab hanya mengundang yatim Aceh untuk umrah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW dan situs Islam lainnya selama 3 hari.
"Ini merupakan yang pertama dari seluruh Indonesia. Anak-anak yatim ini diundang langsung oleh Raja Arab," kata asisten Direktur OKI Indonesia, Muqni Affan Abdullah.
Muqni bercerita, perlakukan istimewa sudah didapatkan 105 anak yatim ini sejak turun pesawat di Bandara King Abdul Aziz, Arab Saudi. Mereka langsung mendapat pengawalan ketat dari kepolisian setempat layaknya tamu VVIP lainya. Bahkan tak sedikit orang yang bertanya tentang siapa sebenarnya mereka.
"Banyak yang bertanya-tanya siapa sebenarnya mereka. Apakah mereka pangerah dinegaranya? Tapi kita bilang mereka adalah anak-anak yatim," jelas Muqni.
Meski Muqni sudah pernah berhaji beberapa kali, tapi belum pernah mendapat perlakukan istimewa seperti saat mendampingi yatim Aceh. Mereka yang diberangkatkan ke tanah suci tahun ini rata-rata masih berusia 15 hingga 17 tahun atau sudah balig.
Tempat paling berkesan bagi Nurul selama berada di Arab Saudi yaitu di padang Arafah. Di sana, ia memilih mendoakan orangtuanya yang sudah meninggal usai melaksanakan salat Zuha. Mereka semua duduk di luar karena menganggap berdoa di bawah terik mentari lebih afdhal. Tapi pihak kerajaan langsung menegur dan meminta mereka untuk masuk ke dalam ruangan.
"Pihak kerajaan menegur kami dan katanya 'dik jangan duduk di bawah matahari karena kalian masih kecil nanti bisa efek terhadap kesehatan'. Jadi kami tidak dikasih duduk di bawah sinar matahari," kata Nurul.
Raja Arab Saudi berharap, sepulang dari tanah suci mereka yang diundang berhaji dapat memberikan motivasi kepada anak yatim lain yang ada di Aceh. “Karena bukan berarti kita yatim kita tidak bisa mengembangkan semua itu. Kami tidak nyangka bisa pergi ke sana,” ungkap Nurul.
Nurul dan 104 diberangkatkan ke tanah suci pada 28 September 2014 silam dan pulang Aceh paling awal dari jamaah haji lainnya. Mereka tiba kembali di bumi Serambi Mekkah pada Selasa 14 Oktober kemarin setelah sebelumnya sempat singgah di Jakarta. Mereka pulang dengan menumpangi pesawat Garuda dan dibagi dalam dua kelompok terbang.
Selain diundang khusus berhaji, Nurul dan 104 yatim Aceh lainnya mendapat sejumlah bonus dari Raja Arab seperti iPad dan uang sebanyak 5000 riyal atau setara Rp 16 juta. Usai keluar dari pintu kedatangan bandara, mereka menunggu bus jemputan di ruang tunggu. Kehadiran mereka kembali menyedot perhatian warga. Tak sedikit yang bertanya tentang kisah mereka sehingga dapat melaksanakan ibadah haji.
Usai mengobrol beberapa saat bersama seorang temannya, Nurul membuka tas kecil warna hitam yang dipakainya. Ia mengambil iPad putih yang masih berbalut kertas. Nurul kemudian memperlihatkan foto-fotonya selama berada di Arab Saudi. Satu persatu foto dirinya sedang mengenakan baju haji diperlihatkan kepada temannya.
Tak lama berselang, satu persatu teman-teman Nurul mulai mengeluarkan iPad hadiah Raja Arab dari tas yang mereka bawa. Sementara sejumlah remaja pria yang juga ikut dalam rombongan sibuk memindahkan koper dari ruang kedatangan ke luar bandara. Mereka hanya diam melihat aksi Nurul bersama puluhan gadis lain memamerkan gadget terbaru dari Arab.
Sambil menunggu bus, Nurul bersama remaja putri lainnya kemudian duduk berbanjar. Mereka saling berbagi kisah saat perjalanan pulang hingga tiba kembali di Aceh. Tiba-tiba seorang teman Nurul berdiri hendak berpose selfie. Tanpa ada yang komando, sejumlah teman-teman lainnya kemudian ikut untuk berfoto dengan latar belakang bandara.
"Ini dari hadiah dari Raja Arab. Kami semua dikasih iPad," ungkapnya dengan wajah gembira.
Menurut Muqni, hadiah tersebut diberikan Raja Arab karena terharu melihat para yatim Aceh selama berada di Arab Saudi tertib, teratur dan patuh. Pihak kerajaan juga sangat antusias dengan kehadiran mereka untuk melaksanakan ibadah haji. “Beginilah mereka memperlakukan anak-anak yatim laksanannya mereka seorang raja di Arab Saudi,” jelas Muqni.
Nurul tidak pernah menyangka dirinya bisa berangkat ke tanah suci apalagi setelah orangtuanya meninggal saat konflik antara pasukan Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia pecah. "Mungkin ini suatu hikmah setelah kami kehilangan orang tua kami dan kami ikhlas menjalani hidup ini meski tanpa orangtua," ungkap Nurul dengan perasaan haru.
(try/try)